nasi yasa
Ilustrasi. (BP/ist)
GIANYAR, BALIPOST.com – Keracunan massal terjadi serangkaian Karya Pedudusan Agung Mamungkah Lan Ngenteg Linggih Ring Pura Penataran Jagat, Desa Pekaraman Ganggan Cangi, Banjar Cangi, Desa Batuan Kaler, Sukawati, sejak Rabu (1/11) malam.

Ratusan warga dibawa ke sejumlah rumah sakit di Kabupaten Gianyar. Namun hingga Kamis (2/11) sore ada 17 pasien yang dominan anak-anak harus mendapat perawatan intensif dari dokter.

Dominan korban yang rawat inap merupakan anak-anak usia 6 hingga 10 tahun. Salah satunya, Ni Putu Kinar (7), yang dirawat di RS Ari Canti Mas Ubud. Rabu sore, Kinar diketahui menghabiskan 1 tamas nasi yasa saat karya di Penataran Jagat pada Rabu malam sekitar pukul 19.00 wita. Gadis kelas 1 SD lantas mulai mengeluh mual pukul 21.30 wita.

“Setelah mual, sempat muntah sekali. Lalu mau diam 10 menit. Habis itu muntah lagi. Badannya sudah lemas, langsung saya larikan kesini,” jelasnya Nyoman orang tua dari Ni Putu Kinar.

Setiba di rumah sakit Ari Canti, Nyoman pun sontak kagetnya, ternyata cukup banyak krama desanya mengeluhkan hal yang sama. “Saat itu juga saya curiga, penyebabnya nasi yasa,” ujarnya.

Sejatinya, Ayah Kinar ini turut bersama-sama menikmati nasi yasa pada Rabu malam itu. Diakui bahwa nasi yang ia dapat agak basi. Namun karena melihat antusias krama lain menyantap sambil megibung, ia pun larut dalam kebersamaan. Beruntung, ia cuma mencicipi sedikit. “Pas makan sesuap saya rasakan nasi sudah agak basah kayak basi. Karena pice gak enak ngutang, apalagi di pura. Saya tetap makan, tapi sedikit. Sedangkan anak saya habis katanya 1 mika. Saya juga sempat pusing, tapi anak lebih parah sampai muntah mencret,” ujarnya.

Baca juga:  Adu Jotos Pemuda di Wilayah Banyuning Berakhir Damai

Ayah Kinar pun kini bingung untuk biaya pengobatan buah hatinya. Sebab, dirinya tak tercover BPJS Kesehatan. “Saya masuk pasien umum. Karena memang belum punya BPJS. Maunya cari kamar paling murah, katanya cuma ada ini. Kelas VIP bertiga, sehari Rp 500an biaya kamar saja,” terangnya.

Prajuru Penataran Jagat, Wayan Sukarini mengakui nasi yasa atau nasi dira itu sudah disiapkan sejak Rabu pagi sekitar pukul 07.00 wita. Adonan nasi kuning itu juga ditambah telur dadar, timur dan kacang panjang, serta daging ayam yang disisit. “Setelah digoreng nasi didinginkan supaya saat dimasukan ke tamas tidak memuai, kemudian nasi dibungkus, karena jumlahnya banyak sampai 1500 tamas, proses ini pun berlangsung hingga Rabu sore sekitar jam 2  atau jam 3 sore. Setelah selesai nasi ditempatkan pada karanjang kemudian ditutup dengan kain, ” jelasnya.

Baca juga:  Soal Kependudukan, Bali Perlu Manajemen Komprehensif

Nah pada Rabu malam sekitar pukul 19.00 wita, nasi yasa tersebut baru dibagikan kepada krama dari 4 banjar yang ngayah ke Pura Penataran Jagat. Wayan Sukarini menambahkan sebelum 1500 nasi tamas itu dibagikan, prajuru sudah melakukan pengecekan. “Setelah kami cek memang ada beberapa makanan sudah berbau agak basi. Mengetahui hal ini langsung kami tarik dua keranjang nasi tamas, yang lain juga kami cek, kondisinya dikira masih bagus, barulah kita serahkan lagi ke krama, ” ucapnya.

Diakui nasi tersebut memang baru dibagikan sekian jam setelah dimasak, Wayan Sukarni beralasan pihaknya cukup kelelahan ditengah rangkaian karya yang berbarengan dengan Hari Raya Galungan, sehingga nasi yasa tersebut baru dibagikan pada Rabu malam saat semua krama berkumpul di areal pura. “Malamnya sekitar jam 11, baru saya dapat informasi bahwa ada warga masuk rumah sakit, langsung saya cek dan ternyata benar, saya pun berkeyakinan penyebabnya nasi ini, ” tukasnya.

Total ada 125 krama yang memeriksakan diri ke rumah sakit karena mengeluhkan muntah-muntah. Dikatakan hingga Kamis sore kemarin sebagian krama sudah dipulangkan. “Beberapa dari krama sudah menggunakan jaminan kesehatan, dan memang ada beberapa yang mendapat perawatan di umum, ini akan kami remugkan dengan prajuru untuk meringankan beban biaya pengobatan,” ucapnya.

Baca juga:  Hasil Lab Keluar, Mantan Bupati Jembrana dan Istrinya Diduga Meninggal Tidak Wajar

Kondisi ini juga langsung mendapat penanganan petugas Dinas Kesehatan Gianyar. Petugas melakukan pengecekan air, tempat menyajikan makana hingga proses pembuatan makanan. Hasil pengecekan ini langsung dibawa ke laboratorium. “Tadi juga kami dipesankan oleh pihak rumah sakit, agar menyajikan makanan minimal 4 jam setelah dimasak, dan setelah ini kami akan melakukan pengawasan ketat, karena karya masih berlngsung hingga puncaknya besok (Kamis hari ini-red), ” tandasnya.

Sementara Kadiskes Gianyar dr Ida Ayu Cahyani mengatakan begitu mendapat laporan pada Kamis dini hari sekitar pukul 01.00 wita, jajaranya sudah diterjunkan melakukan penanganan terhadap warga yang keracunan massal. ” Kita sudah memonitoring beberapa rumah sakit, dan penyebabnya dugaan sementara semua sama mengarah pada faktor makanan yang telah dikonsumsi bersama saat karya, ” ucapanya.

Namun Kadiskes belum berani memastikan penyebab ratusan warga keracunan tersebut. Dikatakan pihaknya masih menunggu hasil lab dari sampel yang sudah diambil di seputaran Desa Pakraman Ganggan Cangi. “Pastinya kita tunggu hasil lab, yang mungkin keluar dalam beberapa hari kedepan,” katanya. (manik astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *