YOGYAKARTA, BALIPOST.com – International Conference on Sustainable Tourism (ICST) resmi berakhir, Rabu (1/11). Di even yang digelar di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta itu, Menpar Arief Yahya langsung memberikan hadiah kepada Bintang Sejahtera Waste Management yang ditetapkan sebagai peraih penghargaan UID-SDN Award.
Pemberian award itu bukan tanpa alasan. Selain berkontribusi besar dalam pengembangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Bintang Sejahtera juga ikut menjaga keberlangsungan lingkungan yang berkelanjutan. Dampak terhadap pariwisata pun langsung terasa.
“Ini sekaligus memberikan alternatif untuk mengatasi masalah ekonomi sosial melalui program pengelolaan limbah berbasis masyarakat dan pendekatan kewiraswastaan sosial,” ujar Menpar Arief Yahya.
Menparsenibud 1998-1999 Marzuki Oesman yang ikut hadir di tengah acara, ikut menyimak serius. Begitu juga Menbudpar 2001-2004 I Gde Ardhika, dan Menparekraf 2011-2014 Mari Elka Pangestu.
Dan faktanya, kontribusi Bintang Sejahtera terlihat sangat oke. Apalagi Bintang Sejahtera mengenalkan konsep untuk mengubah sampah menjadi uang tunai dan tabungan ke masyarakat, sekolah, organisasi lokal dan bisnis swasta.
“Mereka menciptakan kesadaran masyarakat. Juga memberikan solusi untuk masalah limbah dan lingkungan. Dan yang terpenting, memberdayakan masyarakat dan memberikan kesempatan kerja bagi orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan,” kata dia.
Saat ini, Bintang Sejahtera memiliki 35 unit bank sampah yang beroperasi dengan baik di bawah jaringannya. Mereka mampu menyediakan lapangan kerja untuk lebih dari 40 ibu rumah tangga, 14 pria dan sekitar 30 orang relawan. Sistem pengelolaan limbahnya dapat memproses hingga 28 ton limbah anorganik dan 25 ton sampah organik setiap bulannya.
“Mereka mendukung masyarakat dengan kegiatan penyadaran sosial, pendidikan, pelatihan, lokakarya dan pembinaan bisnis untuk memastikan operasi berkelanjutan dari unit bank limbah mereka,” ujar Arief Yahya.
Menpar pun berharap ke depan makin banyak pihak-pihak yang juga dapat melibatkan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Khususnya dalam penerapan prinsip menjaga lingkungan berkelanjutan.
“Karena masyarakat adalah bagian yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Dan pariwisata Indonesia yang kuat dengan nature and culture resources-nya, sangat membutuhkan pengelolaan seperti ini,” ujarnya.
ICST 2017 merupakan agenda internasional yang digagas oleh Kementerian Pariwisata bersama lembaga internasional United Nations Sustainable Development Solutions Network (UN-SDSN) dan United in Diversity (UID). Pesertanya? Ada 300.
Pembicara yang dihadirkan juga kelas internasional. Di antaranya Dirk Glaesser (Director for Sustainable Development of Tourism UNWTO), Prof. Chris Cooper (Department of Business and Management, Oxford Brookes University, UK), Randy Durband (GSTC Chief Executive Officer), Mari Elka Pangestu (President of United in Diversity), dan Hermawan Kertajaya (Founder and Chairman of MarkPlus Inc.).
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman mengatakan, konferensi ICST 2017 merupakan tindak lanjut dari kegiatan Indonesia Sustainable Tourism Award 2017.
“ICST 2017 juga menjadi wadah bagi semua destinasi untuk berbagi pengalaman dalam penerapan pariwisata berkelanjutan,” kata Dadang. Ia mengatakan, dalam kegiatan ini akan melahirkan berbagai rumusan. Di antaranya Deklarasi Yogyakarta untuk Pariwisata Berkelanjutan, strategi rencana agenda dan rencana aksi untuk percepatan penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia.
Dalam rangkaian konferensi juga dilakukan penandatanganan Kesepakatan Bersama (MoU) antara Kemenpar dengan 11 Pemerintah Kabupaten/Kota dan Universitas yang akan menjadi dasar bagi pembentukan Pusat Monitoring Observatorium Pariwisata Berkelanjutan.
Selain itu juga penandatanganan Komitmen Bersama dengan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengenai Pembangunan Industri Pariwisata Berkelanjutan agar mengacu pada prinsip – prinsip pariwisata berkelanjutan.
Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata, Frans Teguh menambahkan, dalam kegiatan ini juga diluncurkan Forum Wonderful Indonesia Sustainable Tourism Observatory (WINSTO), Forum Sustainable Tourism Destination (STD), dan Indonesia Sustainable Tourism Dashboard. Forum WINSTO ini ditujukan agar perguruan tinggi dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata di wilayah observasi masing-masing.
“Dan pemangku kepentingan lokal dapat terlibat aktif di dalam pengukuran risiko, biaya, dampak, dan peluang pengembangan pariwisata melalui pendekatan inklusif dan partisipatif di destinasi pariwisata berkelanjutan,” kata Frans Teguh. (kmb/balipost)