YOGYA, BALIPOST.com – Salah satu cara Menpar Arief Yahya untuk menaikkan indeks daya saing pariwisata Indonesia adalah memperbaiki pilar environment sustainability. Karena itu, menteri yang mantan Dirut PT Telkom itu mendorong industri yang bergerak di sektor pariwisata untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari.
“Mari kita bangun Indonesia dengan tetap melestarikan alam dan budaya kita. Prinsipnya, semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” kata Arief Yahya.
Karena itu, Arief Yahya mengapresiasi masyarakat dan daerah yang terus menjaga environment sustainability. Seperti upaya untuk semakin mengokohkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang terus dilakukan oleh komunitas.
Tidak hanya oleh birokrasi pemerintah melainkan juga oleh komunitas (community). Salah satunya dilakukan oleh Komunitas Organik Indonesia (KOI) DIY – Jawa Tengah.
Komunitas para pecinta organik ini menyelenggarakan serangkaian event bertajuk Organic, Green and Health (OGH) Istimewa III pada 10-12 November 2017. Expo berbagai produk organik ini bertempat di Embung Langensari, Yogyakarta.Tema yang diusung “Eco Culture Tourism Jogja Kota Batik Dunia”.
Sebelum pelaksanaan pameran OGH, pada tanggal 8 November 2017 KOI mengadakan seminar “Eco Culture Tourism Jogja Kota Batik Dunia” bertempat di Aula Telkom Yogyakarta. Dalam seminar tersebut akan dilakukan bedah buku Resonansi Filosofi Batik Zat Pewarna Alam. Seminar ini terbatas untuk 100 peserta.
Menurut Ketua KOI DIY-Jateng Agung Saputra, kegiatan ini akan menjadi kesempatan baik bagi masyarakat untuk mendapatkan produk-produk organik mulai dari makanan sehat hingga pakaian yang ramah lingkungan.
Agung menegaskan, berbicara tentang organik selama ini pemahaman masyarakat hanya terbatas pada makanan saja. “Padahal sebenarnya konsep organik pengertiannya lebih luas mencakup aspek kesehatan (healthy) , ramah lingkungan (green) dan organik itu sendiri. Konsep ini disingkat menjadi OGH – Organic and Green Healthy,” terang Agung.
Penyelenggaraan OGH Istimewa III sengaja digelar di area terbuka Embung Langensari yang berada di tengah Kota Yogyakarta. Ide pemilihan tempat ini terbilang unik karena belum pernah ada event yang digelar di sebuah embung.
Dipilihnya Embung Langensari sebagai tempat penyelenggaraan acara, menurut Agung, dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa produk organik tidak selalu mahal dan ekslusif. Sehingga semua kalangan masyarakat dapat menikmati produk organik baik makanan maupun pakaian yang ramah lingkungan.
Bazar produk organik di Embung Langensari diisi 80 booth dengan peserta anggota KOI yang berasal dari Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Jakarta dan kota-kota lain.
Acara OGH terbuka untuk umum di area Embung Langensari, mulai pukul 09.00-21.00 WIB. Masyarakat diharapkan datang meramaikan acara ini karena OGH merupakan ajang istimewa dan langka.
“Saatnya makin mengenal batik pewarna alam atau batik organik. Kita tunjukkan Jogja benar-benar menjadi Kota Batik Dunia,” tandas Agung.
Ada sejumlah agenda yang bisa diikuti baik yang berbayar maupun gratis. Misalnya lomba membatik (Tingkat SD), talkshow “Mengungkap Rahasia Dibalik Filosofi dan Resonansi Batik Zat Pewarna Alam,” Shibori Basic Workshop Using Natural Dyes, workshop Eco Print hingga fashion show Baju Daur Ulang maupun fashion show Batik Pewarna Alam.
Lalu ada pula workshop Healthy Cullinary, talkshow Aquaponic dan Apa yang Dimaksud Beras Hidup (Live Rice). Acara juga diisi dengan sesi Go Digital gratis berupa talkshow “Membangun Market Place Product” yang menghadirkan Sebastian Saragih dan Erna Wiyati dari Telkom Indonesia. (kmb/balipost)