SINGARAJA, BALIPOST.com – Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Gilimanuk I Made Astika meninggal dunia karena tabrakan pada Jumat (3/11). Meninggalnya Astika membuat keluarga dan kerabat terpukul.
Sebelum maut merengut nyawa Astika, kerabat dekatnya mendapat firasat tidak baik. Almarhum pulang ke Buleleng bermaksud menjemput istrinya, Emik Krisnayani di Dusun Gambuh, Desa Selat, Kecamatan Sukasada yang sedang berulang tahun.
Emik di rumah duka Sabtu (4/11) mengatakan, sebelum kejadian almarhum akan menjemputnya ke Desa Selat. Sebelum berangkat dari Gilimanuk ke Singaraja, almarhum menghubunginya melalui sambungan telepon. Sayang, karena saat itu dirinya sedang istirahat, telepon almarhum pu tidak diketahuinya.
Dia kemudian berusaha menghubungi balik, namun gagal berkomunikasi dengan almarhum suaminya. Tragisnya, setelah berhasil menghubungi bukannya bisa berkomunikasi, tetapi justru kabar buruk diterimanya.
Almarhum suaminya mengalami lakalantas di jalan Singaraja – Gilimanuk tepatnya di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak. Dia pun tidak kuasa menahan tangis hingga berkali-kali pingsan setelah almarhum suaminya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter yang merawat di IGD RSUD Buleleng.
Sementara itu, keponakan almarhum Wiwin Meliana menuturkan, sebelum kecelakaan itu orangtua almarhum sempat mendapat firasat tidak baik. Kala itu, almarhum tiba-tiba membeli tikar dari daun pandan. Anehnya, ketika ditanya oleh orangtuanya, almarhum justru menyahut dengan jawaban singkat kalau tikar itu akan digunakan untuk alas tidur.
Tidak disangka, kalau dirasat itu benar adanya dan almarhum meninggal dunia dengan cara tragis. “Nenek saat itu juga heran kenapa almarhum tiba-tiba beli tikar pandan. Lalu setelah ditanya, nyautnya juga singkat katanya dipakai tidur dan tidak disangka firasat itu rupanya benar kalau om (almarhum, red) memang meninggalkan kami,” jelasnya.
Di sisi lain Wiwin mengatakan, sejak bertugas di Gilimanuk, almarhum memilih untuk pulang pergi ke Buleleng. Setiap ada waktu luang, almarhum mengisi waktu untuk kumpul bersama keluarga dan kerabat.
Dalam pertemuan seperti itu, almarhum sering curhat tentang kehidupan keluarga hingga masalah pekerjaannya. Tidak hanya kumpul bersama keluarga, almarhum sempat membagikan beberapa baju kepada keluarga dan kerabatnya. Pemberian baju itu dilakukan beberapa hari sebelum lakalantas yang merengut nyawanya.
Almarhum meninggalkan tiga anak masing-masing Putu Sonia Gita Ardhia Utami, I Made Gilang Arif Permana, dan Ni Luh Putu Ardhi Swandayani. Rencananya, keluarga akan memakamkan jenazah almarhum Jumat (10/11). (Mudiarta/balipost)