besakih
Wisatawan mancanegara di Pura Besakih. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Setelah sebulan lebih di tutup, kini objek wisata Pura Besakih kembali dibuka untuk wisatawan. Objek wisata itu mulai di buka sejak Jumat (3/11). Dibukanya objek wisata Besakih ini menyusul turunnya status Gunung Agung oleh PVMBG dari level IV (Awas) ke level III (Siaga) pada 29 Oktober lalu. Dibukannya objek wisata inipun disambut gembira oleh pelaku wisata di lokal Besakih.

Manajer Operasional Badan Pengelola Kawasan Pura Agung Besakih, I Ketut Sumendra, Minggu (5/11) mengungkapkan, dibukanya objek wisata Pura Agung Besakih pascaditurunkannya status Gunung Agung dari level IV (Awas) ke level III (Siaga) sejak beberapa hari lalu.

Kata dia, sebelum membuka objek wisata Pura Besakih, pihaknya lebih dahulu melakukan koordinasi dengan Ketua Badan Pengelola dalah hal ini Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta. Pihaknya menjelaskan bahwa Pura Besakih merupakan KRB II yang hanya masuk perluasan sektoral dan tidak masuk zona merah. Karena setelah dilakukan pengukuran, Pura Besakih berada di luar KRB III. Tapi ada juga beberapa dusun yang masuk KRB III.

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Serahkan Bantuan 250 Bedah Rumah di Bangli

“Setelah menjelaskan itu kepada ketua badan pengelola dan dari hasil pertimbangan itulah akhirnya diijinkan kembali untuk membuka objek wisata Pura Besakih. Karena ketimbang banyak tamu yang datang ke Besakih tidak ada yang mewadahi siapa yang akan bertanggung jawab. Maka dari itu kita wadahi dengan membuka pariwisata Besakih atas ijin ketua Badan Pengelola,” ungkap Sumendra.

Sumendra menjelaskan, meskipun objek wisata Pura Besakih kembali di buka untuk wisatawan, namun mereka tetap tidak diperbolehkan sampai naik melewati areal pura. Apalagi sampai naik ke dusun yang wilayahnya masuk KRB III tetap tidak diijinkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu objek wisata bisa kembali ditutup.

Namun semua itu tergantung aktivitas dari Gunung Agung. Karena jika aktivitas Gunung Ahung kembali meningkat, dan status kembali naik jelas objek wita akan ditutup. Namun kalau aktivitas terus menurun, maka akan terus dibuka. “Semua tergantung gununggnya. Sementara wisata pendakian tetap ditutup,”tegas Sumendra.

Baca juga:  Kebakaran Alang-Alang di Desa Gubug Telan Korban

Dikatakannya, ditutupnya objek wisata Besakih selama sebulan lebih semenjak status Gunung Agung naik ke level awas, memang sangat mempengaruhi pendapatan. “Jelas pempengaruhi pendapatan. Tapi mau gimana lagi karena kondisinya memang seperti ini. Ya harus kita terima. Semoga saja kondisi Gunung Agung terus membaik,” harap Sumendra.

Sementara itu, Humas Manajeman Operasional Pengelolaan Kawasan Pura Agung Besakih, I Gusti Bagus Karyawan mengungkapkan, semenjak dibukanya objek wisata Pura Besakih kunjungan wisatawan yang datang jumlahnya mencapai puluhan pengunjung yang datang setiap harinya. Hanya saja, jumlahnya jauh lebih sedikit ketika masih normal. Kata Karyawan, wisatawan yang datang untuk berkunjung tetap membayar karcis seperti biasa.

“Jumlah pengunjung semenjak objek wisata Besakih dibuka memang ada saja wisatawan yang datang. Untuk Jumat (3/11) jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 49 orang. Sementara pada Sabtu (4/11) 69 pengunjung,” jelas Karyawan.

Baca juga:  Berwisata ke Rio de Janeiro

Karyawan mengatakan, bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Besakih dipersilakan. Nanti pihaknya akan tetap menghimbau setiap wisatawan yang datang untuk tetap waspada, mengingat kondisi Gunung Agung sampai sekarang ini belum normal 100 persen.

Sementara salah seorang guide lokal Besakih I Putu Suyasa menyambut gembira dengan dibukanya objek wisata Pura Besakih. Kata dia, dengan dibukanya pariwisata Besakih, dirinya kembali bisa mengantar tamu untuk menopang ekonomi keluarga.

“Memang selama pariwisata di tutup 22 September lalu membuat saya pasrah. Karena hanya hasil dari mengar tamu saya dapat pemasukan. Memang selain itu saya juga sebagai petani. Tapi kalau petani dua tahun sekali baru bisa jual sapi. Kalau tidak mengandalkan pariwisata saya dan keluarga makan apa. Karena pariwisata merupakan mata pencaharian selain jadi petani,” ucap Suyasa. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *