DENPASAR, BALIPOST.com – Industri pakaian jadi Bali mulai bangkit. Terbukti, pada September 2017, komoditi ini menempati urutan kedua dalam nilai ekspor.
Komoditi ekspor terbesar Bali pada September 2017 adalah ikan dan udang. Terbesar kedua adalah pakaian jadi bukan rajutan dengan nilai 6,4 juta dolar AS.
Nilai ini naik 23,70 persen dibandingkan bulan Agustus 2017 yang hanya USD 5,2 juta. Kondisi September 2017 jika dibandingkan September 2016 juga mengalami kenaikan 49,56 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho mengatakan, pakaian jadi bukan rajutan cenderung mengalami peningkatan. Pada September 2017, ekspor pakaian jadi ke Australia memegang persentase terbesar, 20,21 persen. Selain itu pakaian jadi juga diekspor ke Amerika Serikat dengan persentase 19,0 persen, Brazil 17,89 persen, dan Singapura 10,54 persen.
Ke depan, pihaknya belum bisa memastikan tentang peluang pakaian jadi ini karena tergantung dari kondisi negara yang mengimpor pakaian jadi dari Bali. “Perlu waktu penghitungan untuk melihat tren naik turunnya,” ujarnya.
Sementara itu, di sektor tenun, khususnya songket, mengalami peningkatan penjualan. Hal itu dirasakan I Ketut Widiadnyana, ST., perajin songket dari Jembrana.
Meskipun daya beli masyarakat dikatakan menurun oleh beberapa survei, baginya tidak demikian. Ia merasakan peningkatan penjualan hingga 20 persen.
Peningkatan tersebut rata-rata terjadi setiap bulannya. Menurutnya, bergerak di industri kreatif atau hand made harus terus berinovasi dan berkreasi. “Tentunya juga gencar pemasaran dengan bantuan teknologi. Kami juga ikut berbagai pameran,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)