Warga Karangasem yang mengungsi di salah satu balai banjar di Desa Tojan kembali ke kampung halaman secara permanen, Senin (6/11). (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Arus kepulangan Warga Karangasem yang mengungsi ke Kabupaten Klungkung sejak Penampahan Galungan dan penurunan satus Gunung Agung dari awas ke siaga terus berlanjut. Tak hanya yang tertampung di GOR Swecapura, namun juga di sejumlah Balai Banjar.

Berdasarkan pendataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, jumlahnya telah mencapai 4 ribuan jiwa. Seluruhnya pulang secara permanen, dalam artian tidak lagi kembali ke pengungsian.

Berdasarkan pantauan, Senin (6/11), 20 tenda yang terpasang yang terpasang di Lapangan GOR nyaris seluruhnya tak berpenghuni. Beberapa didalamnya hanya terdapat pakaian bekas yang diberikan donatur.

Baca juga:  Jaring 6.433 Pelanggar di 2021, Seribuan Orang Disanksi Denda

Selain itu, aktivitas di dapur umum juga nampak lengang. Jumlah relawan layaknya pekan pertama dan kedua mengungsi tak lagi terlihat. Sangat sepi. Di beberapa Balai banjar juga demikian. Barang-barang yang sebelumnya menyesaki, sudah seluruhnya terangkut dan dibawa kembali ke kampung halaman.

Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, Putu Widiada menyatakan pengungsi yang pulang permanen seluruhnya berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) I dan II. Jumlahnya dipastikan terus bergerak lantaran masih berpotensi terjadi pada hari-hari selanjutnya. “Yang sudah terdata pulang secara permanen ada empat ribuan. Untuk yang balik lagi, kami belum menerima laporan. Tenda di GOR sudah semua lengang,” katanya.

Baca juga:  Puluhan Tahun Keruk Dolar dari Bali, Pengusaha Pariwisata Diimbau Jangan "Hit and Run"

Sejalan dengan itu, berdasarkan data terakhir, pengungsi yang masih tinggal di bumi serombotan sebanyak 12.916 jiwa yang tersebar di Kecamatan Dawan, Klungkung, dan Banjarangkan. Sebanyak 3.700-an diperkirakan berasal dari KRB III. Ini pun masih didata untuk mendapatkan angka pasti. “Untuk jumlah pengungsi cenderung menurun. Untuk yang pulang masih terus berlangsung. Kami tetap faslitasi. Beberapa bus dipakai untuk mengantar,” ucapnya.

Mantan Camat Banjarangkan ini juga membenarkan keterlibatan relawan dalam penanganan pengungsi memang semakin sedikit. Ini mulai terlihat sejak pekan ketiga. Mengatasi ini, pengungsi pun dilibatkan dalam sejumlah aktivitas. “Memasak, bersih-bersih sudah melibatkan pengungsi. Kalau relawan sudah sepi,” ucapnya.

Baca juga:  Ubud

Tindaklanjut terhadap tenda yang sudah kosong, belum direncanakan adanya pembongkaran. Hal itu masih menunggu situasi Gunung Agung benar-benar kondusif. “Situasi Gunung kan masih seperti sekarang. Belum sepenuhnya kondusif. Kalau bongkar, gampang. Nanti kalau ada pengungsi datang lagi, masangnya yang susah,” ucapnya.

Sementara itu, Koordinator pengungsi asal Desa Muncan, Selat, Nengah Darmawan mengaku rutin melakukan pemantauan ke seluruh posko untuk mendapatkan data terbaru pengungsi yang masih bertahan. “Sore saya keliling. Memantau seluruhnya,” terangnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *