AMLAPURA, BALIPOST.com – Pascaterjadinya gempa berkekuatan 5,0 SR pada Kamis pagi (9/11) sekitar Pukul 05.45 Wita, membuat aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Agung kembali mengalami peningkatan dari sebelumnya. Pasalnya, jika sehari sebelumnya kegempaan yang terjadi selama 24 hanya mencapai 66 kali, namun setelah terjadinya gempa 5,0 SR membuat kegempaan meningkat menjadi 124 kali. Ini menandakan aktivitas Gunung terbesar di Bali itu masih tinggi.
Menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, Jumat (10/11), kondisi Gunung Agung pascaterjadinya gempa terasa berkekuatan 5,0 SR ada sedikit peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik dalam, vulkanik dangkal maupun tektonik lokal.
Kata Devy Syahbana, kalau sebelum terjadinya gempa terasa, per 24 jam pada Kamis (8/11) gempa yang terekam sesismograf dibawah angka seratus yakni hanya 67 kali. Sedangkan setelah adanya gempa terasa, kegempaan mengalami peningkatan menjadi diatas seratusan tepatnya 129 kali gempa. Akan tetapi peningkatan gempa yang terjadi belum begitu signifikan. “Sementara per 12 jam terakhir ini terjadi sebanyak 27 gempa vulkanik,” ungkap Syahbana.
Menurut Syahbana, dengan meningkatnya aktivitas kegempaan yang terjadi, menandakan kalau Gunung Agung masih belum aman 100 persen. Sebab, dari segi visual asap yang keluar dari kawah Gunung Agung masih terus terjadi. Bahkan asap yang keluar semakin hari sedikit semakin tebal. Itu artinya pemanasan dari magma masih terus terjadi di dalam gunung. Dan magma masih terus ingin mencari celah yang lebih besar agar bisa menerobos keluar.
“Sejatinya semakin sering keluarnya asap akan semakin bagus. Karena gas yang ada di dalam ikut keluar. Sehingga tidak ada penumpukan tekanan di dalam tubuh Gunung Agung,” katanya.
Dikatakannya, jika melihat kondisi aktivitas saat ini, status masih tetap di level siaga. Mengingat aktivitas kegempaan yang terjadi masih diatas normal dari pada kondisi saat status waspada sebelumnya.
Devy menjelaskan, saat status waspada sebelumnya jumlah kegempaan hanya 13 gempa dan di dukung parameter lainnya. Dan sekarang ini pihaknya masih tetap mengunggu tren perkembangan dari alat-alat yang dipakai memantau Gunung Agung. Termasuk dari energi termal nantinya cenderung stagnan dan tidak ada peningkatan, deformasi juga stagnan, seismik juga relatif stabil dan secara visual tidak ada hal yang luar biasa, barulan disana pihaknya bisa menurunkan status lagi dari siaga ke waspada.
“Kita sudah setiap hari lakukan evaluasi bersama petugas di sini (pos pemantauan red). Karena evaluasi merupakan hal yang rutin yang wajib kita lakukan untuk mengetahui perkembangan Gunung Agung. Jadi untuk penurunan status ke waspada kita tunggu perkembangan sepekan terakhir,” tegas Devy Syahbana. (eka prananda/balipost)