rumah
Rumah korban Made Astawa sudah rata dengan tanah setelah terbakar. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Turunnya status Gunung Agung menjadi siaga, membuat para pengungsi lega. Mereka pun bergegas pulang, setelah yakin situasi memang sudah membaik. Tetapi, yang dialami pengungsi pasangan suami istri Made Astawa dengan Ni Luh Suami sunggug miris. Kepulangannya malah berubah menjadi petaka. Rumah sederhananya malah ludes terbakar bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu pagi (11/11). Kini keluarga kecil dengan satu anak ini terpaksa tidur hanya beratap terpal di sekitar bangunan rumahnya yang terbakar.

Warga Banjar Dinas Darmawinangun, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu ini akhirnya pulang untuk merayakan Hari Raya Kuningan, setelah situasi dirasakan aman. Wilayahnya termasuk zona aman setelah Gunung Agung berstatus siaga. Karena wilayah ini masuk dalam KRB (Kawasan Rawan Bencana) II.

Baca juga:  "Pemedek" Piodalan di Pura Dalem Puri Besakih Lengang

Setelah sempat senang bisa pulang ke rumah, sekitar pukul 04.00 wita, keluarga ini sudah mempersiapkan diri untuk melaksanakan persembahyangan. Kemudian mebanten, seperti biasa di sekitar rumahnya. Setelah selesai di rumah, rencananya keluarga ini melanjutkan persembahyangan ke lokasi mereka mengungsi di sekitar wilayah Peradi, Desa Songan, Bangli.

Setelah rumah ditinggal pergi, sekitar pukul 07.30 wita, warga sekitar melihat api sudah sangat besar dan menghabiskan seisi rumah sederhananya itu. Tiupan angin kencang di sekitar wilayah membuat api dengan cepat menghabiskan seluruh harta benda keluarga ini hingga rata dengan tanah. Terlebih, rumahnya berdinding gedek dan hanya bertatap seng bekas. “Penyebabnya, sepertinya asap dupa,” kata salah satu anggota DPRD Karangasem asal desa setempat, Komang Musna Antara,  yang sempat melihat kondisi terakhir rumah korban di Banjar Dinas Darmawinangun, Minggu (12/11).

Baca juga:  Pandemi Covid-19, Pendapatan Bea Cukai Lebihi Target

Dia mengaku prihatin melihat kondisi keluarga ini. Sebab, keluarga ini tak punya apa-apa lagi. Rumah sederhananya itu pun dibangun di atas tanah orang lain, alias nyakap. Untuk bertahan hidup, harta benda korban yang tersisanya hanya sebidang terpal. Untuk berlindung dari hujan dan panas matahari, keluarga ini membentangkan terval tersebut di sebelah bangunan sederhana yang terbakar.

“Sementara, mereka tidur beratap terpal dulu, sambil menunggu bantuan sementara dari desa atau Dinas Sosial Karangasem,” kata Musna Antara, politisi Partai Golkar ini.

Baca juga:  Ditengah Pandemi, Nusa Penida Masih Bertahan dengan Rumput Laut

Dia berharap pihak desa, Dinas Sosial atau pihak swasta, bisa segera membantu keluarga ini. Setidaknya, bantuan yang mendesak adalah alat-alat memasak dan tempat tidur maupun sembako, sebelum keluarga ini bisa menghidupi diri sendiri, karena sudah lama tak bekerja lantaran harus mengungsi. Dia sendiri sudah menghubungi langsung Kepala Dinas Sosial Karangasem Puspa Kumari.

Rencananya, Musna Antara akan memfasilitasi keluarga ini untuk memperoleh bantuan bedah rumah. Dia berharap, rencana ini bisa terealisasi tahun 2018 mendatang. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *