Ilustrasi. (BP/ist)
LOMBOK, BALIPOST.com – Minggu kedua Pasar Karetan, Minggu pagi, 12 November 2017 sukses lagi. Ribuan orang berwisata selfie dan kuliner di Radja Pendapa Camp, tepian hutan karet di Dusun Segrumung, Meteseh, Boja, Kendal. Hanya 4 km dari Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

Ini merupakan sukses kedua, setelah minggu lalu, 5 November 2017, menggaet perhatian publik di Kota Semarang, Kendal, sampai Batang, Pekalongan dan Demak. “Konsep pasar ini akan segera kami kembangkan ke daerah lain,” kata Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Komunikasi dan Media.

Akhir bulan ini, November 2017, ada dua GenPI Generasi Pesona Indonesia yang sudah siap diluncurkan. Yakni Pasar Pancingan Lombok dan Pasar Siti Nurbaya di Sumatera Barat. “Prinsipnya sama, kolaborasi anak-anak GenPI, pegiat media sosial dan masyarakat, yang dipromosikan melalui media sosial,” lanjut Don Kardono.

Pasar Pancingan Lombok sendiri dicreate oleh komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lombok Sumbawa. Pasar ini tidak hanya akan menghadirkan sebuah atraksi baru yang menarik bagi wisatawan. Tapi juga turut mengangkat potensi dan promosi Desa Wisata Bilebante Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca juga:  Festival Pesona Bunaken 2017, Bangkitkan Pelestarian Budaya dan Alam Manado

Hal tersebut dikatakan Ketua GenPI Lombok Sumbawa, Jhe Ipul yang dua hari berada di Pasar Karetan, bersama Ketua GenPI Nasional Mansyur Ebo. Ia mengatakan, Pasar Pancingan yang akan digelar dalam waktu dekat, akan berkolaborasi dengan masyarakat Desa Wisata Bilebante Lombok.

“Karena GenPI sebagai komunitas harus berkolaborasi dengan unsur pentahelix. Dan kali ini Genpi berkolaborasi dengan masyarakat Desa Wisata Bilebante untuk mendukung aktifasi atraksi dan promosi desa wisata,” ujar Jhe.

Pasar Pancingan sendiri, ujar Jhe, adalah sebuah model atraksi wisata yang konsepnya mengambil dari Pasar Karetan yang dikreasi oleh Genpi Jateng. Namun kemudian dimodifikasi, disesuaikan dengan karakteristik yang ada di Lombok dan Sumbawa. Maka hadirlah Pasar Pancingan.

Ia mengatakan, diberi nama Pasar Pancingan karena memang atraksi utamanya adalah memancing. Lalu nantinya ikan hasil pancingan tersebut akan diolah menjadi kuliner ikan.

“Tidak hanya kuliner ikan, tapi akan ada 30 menu kuliner khas Lombok, menu andalan Desa Bilebante dan menu modern lainnya,” ujar Jhe.

Baca juga:  Pesona Lombok Sumbawa Resmi Digelar, 23 Event Disiapkan Sebulan Penuh

Sama dengan Pasar Karetan yang bikin heboh karena penataan lokasi yang instagrammable dan full akses telekomunikasi, Pasar Pancingan juga tak akan kalah.

“Tunggu tanggal mainnya. Yang pasti Instagrammable, banyak spot selfie, aneka macam kuliner, tempat yang asyik, alami, dan banyak edukasi,” jelas Jhe.

Lalu bagaimana dengan Desa Wisata Bilebante? Apa sih yang menarik? Ada apa saja di desa wisata yang satu ini?

Bilebante adalah Desa Wisata yang dikembangkan mulai tahun 2015 dan terus berkembang hingga menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan, khususnya mancanegara. Awalnya desa ini disebut desa ‘debu’ karena banyaknya lokasi galian pasir yang membuat debu beterbabgan.

Namun oleh ketua desa dan pemuda setempat, mereka mengubahnya menjadi desa wisata hijau yang layak dikunjungi wisatawan.

Salah satunya, Desa Wisata Hijau Bilebante menawarkan paket bersepeda, keliling desa untuk melihat langsung aktivitas warga dengan pemandangan yang indah.

Baca juga:  VITM Dibuka Lenggang Nyai, Kemenpar Jaring Wisman Vietnam

Mulai dari permukiman warga, tepian sungai, pematang sawah, kebun sayur dan buah, Jembatan Lime (Lima) yang merupakan peninggalan Belanda pada era 40-an, serta juga Pura Lingkar Kelud yang merupakan Pura tertua di Lombok Tengah.

Selain itu wisatawan juga bisa melihat langsung penanaman padi yang dilakukan masyarakat, melihat proses pembuatan topi khas lokal “Kekere” dan lainnya.

“Jadi selain Pasar Pancingan, ada atraksi bersepeda di Bilebante yang bisa dipilih wisatawan,” ujar Jhe.

Menteri Pariwisata selalu mengapresiasi langkah dan ide-ide kreatif yang dimunculkan komunitas GenPI. Bahkan ia menyatakan, konsep ini juga akan banyak dihadirkan oleh komunitas GenPI lainnya di berbagai daerah.

“Menciptakan atraksi baru yang kekinian dengan memanfaatkan potensi lokal serta menggandeng unsur Pentahelix. Ini merupakan acara yang tidak hanya mengangkat cultural value tapi juga akan menciptakan economic value sehingga akan membuatnya sustaine,” kata Menpar Arief Yahya.

Ia pun terus mendorong komunitas lain untuk dapat menciptakan atraksi-atraksi baru yang akan menunjang sektor pariwisata. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *