AMLAPURA, BALIPOST.com – Warga Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, dikagetkan dengan terjangan banjir, setelah sebagian besar wilayah Karangasem diguyur hujan lebat, sejak siang, Rabu (15/11). Banjir ini menarik perhatian warga sekitar, karena airnya sangat keruh, mirib banjir lumpur. Beberapa warga bahkan mengira ini adalah banjir lahar dingin. Warga semakin bertanya-tanya, karena banjir lumpur ini terjadi pada sungai yang tidak pernah teraliri air meski hujan lebat sekalipun sejak tahun 1970-an.
Tokoh masyarakat setempat, I Gede Putu Telantik bersama warga lainnya, mengatakan terjangan air dari banjir lumpur dari hulu Tukad Sayung di Banjar Dinas Baturinggit Kaja ini, sontak membuat warga sekitar kaget. Karena terjadi dalam situasi ancaman erupsi Gunung Agung, warga sempat menduga ini terjadi sebagai dampak dari aktivitas vulkanik Gunung Agung. Tetapi, warga setempat juga tidak yakin, karena pihak terkait seperti BPBD maupun VPMBG belum turun ke lokasi untuk memastikannya.
“Banjirnya sekitar selutut orang dewasa, menerjang sungai mati ini selebar sekitar 10 meter. Ini sangat aneh, apalagi di Baturinggit sendiri tak ada hujan,” kata Gede Putu Telantik.
Dia menambahkan, banjir lumpur ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa hingga ke hilir sungai menuju laut. Sebab, Tukad Sayung ini juga cukup lebar sekitar 10 meter. Selain itu, kawasan pemukiman warga sekitar juga jauh dari lokasi Tukad Sayung. Warga setempat meminta pihak terkait yang melakukan pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Agung agar turun ke lokasi. Memastikan apakah banjir lumpur tersebut ada kaitannya dengan Gunung Agung yang masih berstatus siaga. “Seumur-umur sejak saya kecil sampai sekarang, baru kali ini ada banjir di Tukad Sayung,” ujar warga Baturinggit lainnya, Ketut Rudia.
Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, dihubungi Rabu (15/11) sore kemarin, mengaku belum mengetahui adanya banjir lumpur di Tukad Sayung Desa Baturinggit. Sebab, belum ada laporan langsung dari warga setempat kepada lembaganya. Meski demikian, pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan tim di Kecamatan Kubu, untuk segera mengecek ke lokasi. Kalau memang kuat dugaan ada kaitannya dengan aktivitas vulkanik Gunung Agung, maka akan dikaji lebih jauh bersama Satgas Siaga Bencana Penanggulangan Erupsi Gunung Agung.
Tetapi, Arimbawa menegaskan banjir lumpur yang terjadi di Baturinggit ini, kecil kemungkinan banjir lahar dingin. Karena, dalam teori kebencanaan, peristiwa yang disebut banjir lahar dingin terjadi kalau sebuah gunung api sudah terjadi erupsi. Kalau ini terjadi, jumlahnya pun akan sangat besar, karena sebelumnya telah terjadi penumpukan material akibat erupsi di puncak gunung. Inilah yang didorong oleh hujan, sehingga namanya disebut banjir lahar dingin. “Setelah erupsi, baru terjadi lahar dingin. Kalau sekarang kan Gunung Agung belum erupsi, mana mungkin?. Tapi, coba akan saya cek dulu ke lokasi,” tegasnya.
Lebih jelasnya, lahar dingin adalah lava yang mengalir, dan bercampur dengan air atau lumpur yang dingin. Lahar dingin membawa materi batuan besar, debu, lumpur, dan bom vulkanik. Memiliki sifat seperti air, sehingga lahar dingin akan bergerak menuju daerah yang lebih rendah. Air dingin yang tercampur dengan lava, membuat sifat lava yang panas menjadi dingin. Akibat tercampur dengan air dingin, lahar dingin berwarna abu- abu, dan berbentuk agak kental. (bagiarta/balipost)