MANGUPURA, BALIPOST.com – Simulasi penanggulangan terorisme bertaraf internasional digelar di General Aviation Terminal Bandara Ngurah Rai, Jumat (17/11). Dalam simulasi itu diceritakan rombongan menteri dan juga delegasi yang sedang mengikuti konferensi tiba-tiba diserang oleh kelompok bersenjata saat usai acara.
Sebanyak 7 orang mengalami luka-luka dan 5 orang dinyatakan meninggal dunia. Bahkan dari 7 orang yang terluka, ada yang mengalami luka berat termasuk kakinya terkena ledakan. Serangan tersebut diperkirakan dilakukan oleh kelompok radikalisme untuk meminta tebusan serta meminta teman-temannyan agar segera dilepaskan. Awalnya kelompok teroris ini menyamar sebagai penjemput tamu dan juga rekan. Dari situ teroris melakukan serangan dan tembakan secara brutal.
Ditemui usai pelaksanaan simulasi, Kapolda Bali, Irjen Pol Dr. Petrus Reinhard Golose, Drs., M.M. mengatakan, pascapenyerangan kantor polisi Dharmasraya, pihaknya berinisiatif untuk melakukan kerjasama internasional. Kerjasama tersebut bertujuan untuk melakukan perlawanan terhadap aksi terorisme.
Menurutnya, dalam penanganan terorisme, tidak bisa dilakukan oleh satu negara saja. Namun perlu kerjasama oleh beberapa negara, dengan berbagai macam pendekatan. “Pendekatan pertama yaitu pendekatan keras atau hard approach, pendekatan lunak atau soft approach serta smart approach. Untuk di Bali dilakukan penggabungan yang disebut counter disaster management preparedness,” kata Golose.
Melalui simulasi tersebut, pihaknya ingin menunjukkan bahwa kerjasama lintas sektoral, maupuan stakeholder harus dilakukan oleh seluruh personil yang terlibat untuk pengamanan terutama di Bali. Bahkan melalui kegiatan ini, pihaknya ingin menunjukkan bagaimana profesionalitas apabila menghadapi man made disaster atau bencana buatan manusia.
Saat ini, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 1.913 personil yang siap membantu pemerintah apabila terjadi ancaman terorisme. Ditegaskan Golose, tidak ada satu agamapun yang menghendaki terorisme dan tidak ada satu agamapun yang mengajarkan terorisme. Sehingga pihaknya juga meminta dukungan dari seluruh pemuka agama untuk membantu wilayah Bali. “Membantu Bali berarti membantu Indonesia. Bali aman berarti Indonesia aman,” pungkasnya.
Sementara, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan, dengan kegiatan tersebut, akan meningkatkan dan memperkuat keyakinan dalam menghadapi terorisme dan bencana yang lain. Bukan hanya man made disaster namun juga natural disaster, sudah sangat siap. “Yang penting kalau menghadapi begini kan kesiapan kita, baik pada saat terjadi maupun pascanya. Pascanya yaitu penanganan korban dan sebagainya itu sangat penting,” pungkasnya.
Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) Tjokorda Artha Ardana Sukawati menyambut baik kegiatan seperti ini. Pihaknya mengatakan persiapan yang disaksikan tadi, sangat luar biasa. Dalam hal ini, Polda Bali sudah menunjukkan kemampuannya, baik personalnya maupun peralatannya. Pihaknya berharap kedepannya bisa selalu terjaga keamanan Bali, karena itu merupakan syarat bagi semua di Bali.
Terhadap keamanan di Bali, yang dilakukan pada simulasi lebih banyak pada fasilitas umum di luar daripada industri pariwisata. Sedangkan untuk di dalam lingkungan kerja maupun di hotel, pihaknya juga sudah melakukan kerjasama dengan Polda Bali. “Bagaimana sistem pengamanan bagaimana manajemen kemanan di hotel-hotel. Sehingga nyambung sudah di dalam hotel mauoun di luar hotel untuk pengamanannya,” ucapnya. (Yudi Karnaedi/balipost)