TABANAN, BALIPOST.com – Serius tetapi santai, begitulah wajah-wajah lima belas orang peserta latihan pengemasan/pengepakan dupa di Loka Bina Karya (LBK, red) Tuakilang, salah satu program yang dirancang Dinas Sosial Kabupaten Tabanan, Jumat (17/11).
Sekilas, para peserta pelatihan tampak seperti warga biasanya, tetapi siapa yang tahu, jika kelima belas orang ini adalah eks Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) asal Kabupaten Tabanan, yang telah menjalani perawatan di RSJ Bangli.
Dengan terampil dan cekatan mereka mengikuti petunjuk yang diberikan oleh instruktur dari dinas sosial, khususnya bagaimana mengemas dupa yang sebelumnya telah mereka buat. “Ini program dari Komunitas Peduli Kesehatan Mental (Kopi Kental) untuk membangkitkan kembali gairah hidup para mantan penderita gangguan jiwa atau ODGJ,” ucap Kadis Sosial Tabanan, I Nyoman Gede Gunawan.
Lanjut dikatakannya, pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ) memang membutuhkan penanganan yang komprehensif. Sebab, selain membutuhkan pertolongan secara medis, pasien tersebut juga menghadapi tantangan sosial di masyarakat yang harus dihadapi.
“Justru dampak sosialnya cukup serius seperti penolakan, pengucilan dan diskriminasi dari masyarakat. Maka diperlukan langkah selanjutnya bagi mereka setelah menjalani serangkaian pengobatan agar mereka bisa minimal mandiri dan diterima di tengah masyarakat lagi. Salah satunya adalah membekali ketrampilan, sekaligus ini untuk terapi kesembuhan,” terangnya.
Pelatihan ini lanjit disampaikan, sudah diawali sejak bulan Maret 2017 silam dengan pelatihan cara membuat dupa. Dan kali ini merupakan kelanjutan dari pelatihan tersebut. “Kita dapat anggaran lagi di perubahan, secara otomatis melanjutkan pelatihan yang sebelumnya sudah kita lakukan,” ucapnya.
Untuk pemasaran, pihaknya kedepan akan menggandeng koperasi dinas ataupun agen agen penjual dupa. Dipilihnya dupa untuk tema pelatihan, dikatakan Gunawan akan mengingatkan para eks ODGJ ini untuk tetap bersembahyang, dengan harapan peningkatan srada bakti kepada Tuhan bisa menyembuhkan sakit mereka secara sekala niskala.
Tidak hanya pelatihan pengemasan dupa, kelima belas ODGJ ini juga diajarkan dinamika kelompok agar saling mengenal misalnya saja bernyanyi, dan belajar sembahyang. “Intinya agar mereka bisa melupakan sakit yang pernah dialaminya dan bisa menjadi jati diri yang baru,” pungkasnya.
Mengingat pentingnya program ini, kedepan pihaknya akan terus berlanjut untuk para eks ODGJ yang sudah menjalani perawatan di RSJ Bangli. (puspawati/balipost)