MANGUPURA, BALIPOST.com – Kreativitas seniman Bali memang tidak mengenal istilah stagnan. Dari kepekaan olah cipta, rasa dan karsa mereka, selalu saja lahir inovasi dan kreativitas baru yang menggairahkan jagat seni pertunjukan di Bali.
Semangat itulah yang diusung Sanggar Pancer Langiit saat tampil pada Parade Bali Creative Performance serangkaian Bali Mandara Nawanatya 2017 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Sabtu (18/11). Malam itu, fragmentari yang dipersembahkan komunitas seniman muda yang ber-home base di Kelurahan Kapal, Mengwi, Badung ini sukses memaksa penonton tidak berkedip sepanjang pergelaran berlangsung.
Fragmentari bertajuk “Mystical Situs Air Taman Mumbul” ini tidak hanya mengandalkan plastisitas gerak tari para penarinya yang berkarakter kuat. Namun, juga didukung kostum khas Pancer Langiit yang didesain sangat artistik serta jeli memanfaatkan properti guna menciptakan sebuah pergelaran yang spektakuler dan tak terlupakan.
“Mystical Situs Air Taman Mumbul” sudah menancapkan pesonanya begitu Sang Oman yang bertindak selaku narator menyampaikan pamahbah (dialog pembuka-red) untuk menggambarkan prilaku sebagian masyarakat Bali yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Pencemaran terjadi di mana-mana.
Air yang sejatinya merupakan sumber kehidupan juga tidak luput dari pencemaran akibat ulah manusia dalam menggunakan produk-produk teknologi secara tidak bijaksana. Menghadapi realitas seperti itu, Sang Dewi Air pun menangis pilu. Sesi pembuka dalam fragmentari ini ditransformasikan ke dalam gerakan ritmis seorang penari putri dengan ekspresi sarat kesedihan.
Selanjutnya, alur cerita bergerak ke masa lampau yang menggambarkan kondisi yang sungguh berbanding terbalik. Masa di mana air begitu dimuliakan, dijaga, dipelihara dan dimanfaatkan dengan bijaksana. Sebagai contoh, munculnya Taman Mumbul di Desa Sangeh, Badung yang erat hubungannya dengan perkembangan Kerajaan Mengwi.
Di masa lampau hingga kini, Taman Mumbul dikenal dalam konsep Mandala Tirtha, menjadi pusat kehidupan masyarakat Desa Sangeh. Tempat ini sangat disucikan dan disakralkan guna menjaga kemuliaan dari air itu sendiri. Dengan terjaganya alam nan asri seperti inilah tercipta keindahan alam yang harmonis.
Kondisi sekala dan niskalanya tetap terjaga dengan baik demi terwujudnya kehidupan yang sejahtera. Ritus masyarakat Desa Sangeh dalam memuliakan air itu berhasil ditransformasikan ke dalam gerak tari yang sangat estetis, dinamis dan ritmis. Alhasil, persembahan seni Sanggar Pancer Langiit ini tidak hanya nikmat ditonton, tapi juga sarat dengan pesan-pesan moral yang akan menggugah kesadaran para penikmat seni pertunjukan di Bali untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Ditemui seusai pergelaran, Art Director Agung Rahma Putra mengatakan, garapan tari ini memang terinspirasi dari kondisi Taman Mumbul yang masih terjaga dan terpelihara dengan baik hingga saat ini. Dengan mengeksplorasi kondisi alam taman air yang asri tersebut, Sanggar Pancer Langiit ingin mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam memanfaatkan dan melestarikan alam. “Mudah-mudahan, spirit masyarakat Desa Sangeh dalam memuliakan air yang tercermin dari keberadaan situs Taman Mumbul ini juga menginspirasi masyarakat lainnya untuk melakukan hal serupa,” ujarnya. (Sumatika/balipost)