Asap keluar dari kawah Gunung Agung, Selasa (21/11). (BP/nan)
DENPASAR, BALIPOST.com – Gunung Agung pada Selasa (21/11) pukul 17.05 Wita meletus. Erupsi ini menyebabkan kepulan asap kelabu yang tebal dengan tekanan sedang maksimum 700 meter.

Disimpulkan oleh Pusat Vulkanologi dan Badan Mitigasi Geologi (PVMBG), jenis letusan yang terjadi adalah tipe freatik. Di rilis PVMBG dan BNPB dijelaskan letusan ini berbeda dengan letusan magmatik.

Lalu apa bedanya? Letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi. Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.

Baca juga:  Ada 3 Zona Orange Jadi Penyumbang Terbanyak Kasus Baru

Letusan freatik sulit diprediksi. Bisa terjadi tiba-tiba dan seringkali tidak ada tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan. Beberapa kali gunungapi di Indonesia meletus freatik saat status gunungapi tersebut Waspada (level 2) seperti letusan Gunung Dempo, Gunung Dieng, Gunung Marapi, Gunung Gamalama, Gunung Merapi dan lainnya.

Tinggi letusan freaktik juga bervariasi, bahkan bisa mencapai 3.000 meter tergantuk dari kekuatan uap airnya. Jadi letusan freatik gunungapi bukan sesuatu yang aneh jika status gunungapi tersebut di atas normal. Biasanya dampak letusan adalah hujan abu, pasir atau kerikil di sekitar gunung.

Baca juga:  Jembrana Segera Gelar PTM 100 Persen

“Memang letusan freatik tidak terlalu membahayakan dibandingkan letusan magmatik. Letusan freatik dapat berdiri sendiri tanpa erupsi magmatik. Namun letusan freatik bisa juga menjadi peristiwa yang mengawali episode letusan sebuah gunungapi,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

Ia mencontohkan Gunung Sinabung. Letusan freatik yang berlangsung dari tahun 2010 hingga awal 2013 adalah menjadi pendahulu dari letusan magmatik. Letusan freatik Gunung Sinabung berlangsung lama sebelum diikuti letusan magmatik yang berlangsung akhir 2013 hingga sekarang.

Baca juga:  Presiden Ingatkan Waspadai infiltrasi Ideologi Mengganti Pancasila

Sementara itu, lLetusan magmatik adalah letusan yang disebabkan oleh magma dalam gunungapi. Letusan magmatik ada tanda-tandanya, terukur dan bisa dipelajari ketika akan meletus.

Memang pemahaman masyarakat masih cukup terbatas mengenai gunungapi. “Kita memiliki 127 gunungapi aktif yang masing-masing gunung memiliki watak berbeda-beda. Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi dari PVMBG,” tegasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *