Pasar Baba Boentjit akan digelar Minggu (26/11). (BP/ist)
JAKARTA, BALIPOST.com – Generasi Pesona Indonesia (GenPI), komunitas anak-anak muda di media sosial yang concern di pariwisata, membuat aktivitas offline lagi. Pasar Karetan yang didesain di tepian hutan karet Segrumung, Meteseh, Boja, Kendal akan dibuat dengan konsep yang berbeda di 3 kota sekaligus.

Pertama, Pasar Pancingan di Lombok oleh GenPI NTB. Kedua Pasar Baba Boentjit di tepian Sungai Musi, Palembang oleh GenPI Sumsel, dan ketiga Pasar Siti Nurbaya di Padang. “Ini menterjemahkan ide Pak Menpar Arief Yahya, bahwa komunitas itu harus punya 2C, agar sustainable. Creative value dan Commercial value,” kata Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Komunikasi.

Selama ini, komunitas GenPI yang bergerak di media sosial untuk memposting destinasi wisata, Calender of Events dan Kebijakan Kepariwisataan. Hampir semua aktivitasnya di online. Pasar ini adalah salah satu bentu event offline, mengajak netizen, followers, subscribers, friends mereka “kopi darat” di satu tempat secara rutin setiap Minggu Pagi.

“Apa yang membuat mereka bisa betah berjumpa di offline? Apa yang bisa bermanfaat buat masyarakat? Maka kami buat pasar, tempat bertemu antara buyers dan sellers, tempat ngerumpi, ketemu muka, dan asyik,” sebut Don Kardono.

Lalu apa yang membuat mereka tertarik? “Lagi-lagi ini rumusnya Pak Menpar Arief, harus berada di tempat yang instagramable! Yang punya banyak spot selfie. Yang bisa buat nge-vlog, bikin banyak bergaya foto, yang gambarnya keren. Dan ini menjadi destinasi baru, destinasi yang lain diunggah di media sosial,” jelas Don lagi.

Baca juga:  PHRI Bali: Harpitnas Dapat Berdampak Pada Kunjungan Domestik

Masyarakat setempat digandeng, untuk berjualan makanan minuman yang juga harus instagramable. Traditional cuisine, kuliner lokal yang unik, mainan anak-anak yang khas, dan spirit go green. Tidak banyak plastik, steroform, dan berbahan yang mudah di recycle, untuk manajemen sampah.

“Kami berharap, meeting points yang kita sebut pasar ini bisa hidup, sustainable, memberi manfaat buat masyarakat sekitar dan anak anak muda punya destinasi baru yang mengangkat kearifan lokal,” jelas Don.

Pasar Pancingan Lombok, lokasinya di Desa Wisata Hijau, Bilebante, Pringgerata Lombok Tengah. Opening sama, Minggu pagi, 26 November 2017 “Hanya 30 menit dari pusat kota Mataram, 40 menit dari Lombok International Airport,” kata Jhe Ipul, Koordinator GenPI NTB.

Menurut Jhe, lokasi itu sejatinya adalah bekas galian C lembah dengan kedalaman 8 sd 17 m. Itu yang akan digunakan untuk atraksi eco wisata oleh Desa Wisata Bilebante menjadi taman dan kolam.

Ada 30 macam kuliner lombok dan dikelola oleh warga melalui koperasi ibu PKK desa wisata Bilebante. Aktivitasnya, olah raga sepeda tracking jalur persawahan. Landscape hijau pedesaan. Memancing di kolam bekas galian C yang akan disulap menjadi taman
River Tubing.

Baca juga:  Pariwisata Diminta Jadi Penghasil Devisa Utama

Aneka artistik dengan bahan dasar bambu dan jerami. Jerami sebagai bahan pokok karena banyak dan memanfaatkan bahan yang tidak terpakai. Seperti apa seni instalasinya? “Nanti saja, masih rahasia,” kata Jhe yang bikin penasaran.

Di Palembang, GenPI Sumsel akan menggelar aktivasi pasar dengan destinasi wisata “Heritage Rumah Baba Oeng Boent Tjiet” di Kelurahan 3-4 Ulu Palembang pada Minggu (26/11). “Kalian harus datang, pokoknya seru deh! Tempatnya di tepian sungai Musi, ikon Sumsel,” jelas Robby Sunata, Koordinator GenPI Sumsel.

Pasar ini merupakan salah satu cara GenPi mengajak publik dan netizen menengok rumah peninggalan Baba Oeng Boen Tjit sebagai salah satu destinasi wisata di Palembang. Selain ada banyak kuliner khas Palembang yang rasanya wow.

“Kawan-kawan juga sudah banyak atraksi sesuai dengan misi kami yang juga ingin memperkenalkan beberapa kegiatan tradisional daerah ini pada generasi milineal sekarang ini. Biar mereka datang, mereka foto, vidoe, dan mengabarkan ke sesama netizen,” terang dia.

Ada juga games, seperti lomba hunting foto dan lomba penulisan blog, kemudian ditambah lagi dengan pertunjukkan aneka tari kreasi, pertunjukkan drama legenda antu banyu, dan demo masak oleh Chef Kukuh.

Festival aneka jajanan Palembang, workshop kerajinan daun nipah gratis bagi pengunjung akan menambah asyik di pasar itu.

Baca juga:  Peserta Pemilu Harus Miliki Sikap Saling Menghormati

Rumah Babah Boen Tjit itu merupakan rumah pengusaha terkenal keturunan Tionghoa di Palembang tempo dulu. Desain bentuk bangunan rumahnya sangat khas Palembang yang diakulturasi dengan interior dan ornamen Tiongkok tempo dulu.

“Jangan heran ya? Rumah heritage ini diprakirakan sudah berusia 300 tahun! Penuh sensasi kan?” ujar Robby menjelaskan rumah milik Baba Oeng Boen Tjiet yang kini dihuni oleh keturunan keempatnya. Lokasinya persis di bantaran Sungai Musi.

“Cara menuju ke lokasi, kami menyediakan perahu ketek dari dermaga Benteng Kuto Besak, Pasar Kuto, dan daerah ki Gede Ing Suro menuju ke lokasi, jadi atraktif naik
perahu,” kata dia. Kalau di Pasar Karetan naik Odong Odong Shuttle, di sini naik perahu rakyat.

Diperkiralan, dari lokasi penjemputan menuju Rumah Baba Oeng Boen Tjit memakan waktu lima hingga sepuluh menit. “Ada juga jalur darat, ke kawasan 34 Ulu itu,” ujarnya.

Bagaimana dengan Pasar Siti Nurbaya Sumbar? Juga dengan Pasar Karetan Semarang? Persisnya di Segrumung, Meteseh, Kec Boja, Kendal?

“GenPI Jateng sudah mempersiapkan sesuatu yang baru, karena setiap Minggu pagi kami memikirkan keunikan baru yang Instagramable dan dicari Kisd zaman Now!” jelas Shafigh Pahlevi Lontoh, Koordinator GenPI Jateng. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *