JAKARTA, BALIPOST.com – Komunitas Paimpuluan ne Tonsea akan “berpesta” di Jakarta. Bagi yang ingin melihat keseruannya, silakan datang ke Anjungan Provinsi Sulawesi Utara Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, 25-26 November 2017. Warna budaya Tonsea – Minahasa, bisa Anda saksikan lewat Festival Budaya Tonsea – Minahasa di TMII.

Keseruannya dijamin banyak. Dari mulai permainan rakyat Tonsea Minahasa hingga pagelaran adat dan seni budaya Tonsea-Minahasa, bisa disaksikan. “Nantinya juga akan dilakukan deklarasi Tahun Kunjungan Wisata Sulut 2018 yang akan dihadiri langsung Gubernur Sulawesi Utara Bapak Olly Dondokambey serta Muspida Pemda Sulut. Nanti ada juga perwakilan kedutaan Negara Sahabat,” ujar Ketua Panitia Festival Budaya Tonsea Minahasa, Johny Politon, Sabtu (25/11).

Tidak hanya itu, di hari kedua penyelenggaraan di tanggal 26 November juga akan diadakan Kirab Budaya Minahasa etnis Tonsea dengan menghadirkan 237 penari Tarian Kebeaaran. “Dan juga empat orang berkuda, tarian Minahasa serta 1.000 warga Minahasa yang berada di perantauan,” ujar Johny.

Baca juga:  Cek Keanggotaan Ganda, KPU Lakukan Penelitian Administrasi Parpol

Johny mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab dan sumbangsih putra dan putri daerah Minahasa yang ada di perantauan. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan output bagi pemerintah dan juga masyarakat Minahasa atau Sulawesi Utara untuk bersama-sama bahu membahu memajukan sektor pariwisata.

Ketua Umum Paimpuluan ne Tonsea Jorry S. Koloay menambahkan, perhimpunan warga Minahasa etnis Tonsea  (Paimpuluan ne Tonsea, red) yang berada di Jabodetabek merasa terpanggil untuk mengambil bagian dalam merawat, mempertahankan, menjaga serta melestarikan budaya Minahasa. Semuanya dipastikan akan terus dikawal di tengah derasnya arus globalisasi dan tuntutan zaman.

“Dimanapun kita berada disitulah kita harus mengenalkan dan mewariskan kebudayaan yang kita miliki. Baik itu di sekolah, di lingkungan masyarakat, lingkungan  pekerjaan, ataupun di perantauan maupun di luar Negara Indonesia,” ujar Jorry.

Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti menyatakan mendukung kegiatan ini sebagai bagian dari pelestarian budaya Minahasa.

Baca juga:  Bantu Kemenpar, PLN Jateng Wujudkan Desa Wisata

“Di acara ini juga diselenggarakan Seminar Nasional dengan mengangkat tema Siklus Kehidupan Orang Minahasa sub Etnis Tonsea,” ujar Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Kemenpar Wawan Gunawan.

Ia mengatakan, tanggung jawab serta kontribusi setiap putra dan putri asal Minahasa Sulawesi Utara dalam menyukseskan kegiatan ini, merupakan contoh positif. Sangat pas untuk ditiru setiap anak bangsa dalam menjaga dan merawat budaya daerahnya.

“Kegiatan ini melahirkan sebuah kesadaran secara kolektif. Semua diajak sama-sama merawat dan mempertahankan melestarikan budaya Tonsea  Minahasa. Dan warga Minahasa inilah yang menjadi pemegang kendali utama dalam mewarisi nilai  nilai adat dan budaya daerah,” ujar Esthy.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik gerakan pelestarian budaya yang digagas oleh komunitas. Apalagi masyarakat sebagai komponen penting dalam pariwisata diajak mengambil peran dalam menjaga dan mengangkat kebudayaan setempat. Semuanya sama-samakompak mengemasnya menjadi satu sajian menarik yang dapat menarik wisatawan.

Baca juga:  1000 Dalang Bocah Ramaikan Jogja International Heritage Festival 2017

“Saya yakin culture value di Tonsea-Minahasa sangat tinggi. Namun harus didukung oleh commercial value sehingga kebudayaan budaya dapat menghasilkan economi value yang kuat. Budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” kata Menteri peraih Marketeer of the Year 2013 versi MarkPlus itu.

Menteri asal Banyuwangi ini mencontohkan ikan-ikan yang ada di bawah laut Indonesia. Jika dilihat wisatawan saat diving atau snorkeling tentu nilai ekonominya akan lebih besar daripada ikan yang ditangkap. Ikan yang sekali ditangkap maka akan selesai.

“Namun ikan yang beserta keadaan alamnya dipelihara dan dijaga akan dilihat wisatawan sehingga mendatangkan devisa,” kata Menpar Arief Yahya.

Terlebih ketertarikan wisman terhadap budaya adalah yang tertinggi. Angkanya mencapai 60 persen dibanding ketertarikan terhadap alam (nature) 35 persen dan kerajinan tangan (manmade) lima persen. “Sukses untuk penyelenggaraan Festival Budaya Tonsea – Minahasa. Semoga bisa semakin melambungkan Pesona Indonesia,” kata Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *