Suasana di Pelabuhan Padangbai masih normal. Belum terjadi lonjakan penumpang. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Penutupan Bandara Ngurah Rai, Bali, menyusul meningkatnya aktivitas Gunung Agung membuat penyeberangan melalui jalur laut menjadi alternatif. Pelabuhan Padangbai Karangasem menyatakan siap menghadapi lonjakan penumpang orang, barang maupun kendaraan.

Kepala ASDP Indonesia Ferry Padangbai, I Wayan Rosta, Senin (27/11) pagi, mengatakan siap menambah jumlah trip penyeberangan dengan menyiagakan kapal ekstra 3 sampai 4 kapal tambahan.

Sejak terjadi penutupan Bandara Ngurai Rai, per 27 Nopember pukul 07.00 wita, Rosta mengatakan aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Padangbai masih lengang. Pihaknya masih memberlakukan trip penyeberangan setiap 1,5 jam karena dalam situasi sepi penumpang. Belum nampak ada lonjakan apapun, baik orang maupun kendaraan bermotor. “Penyebrangan masih didominasi truk-truk menuju Pelabuhan Lembar, Lombok. Cuaca juga mendukung untuk aktivitas penyebrangan ini,” kata Rosta.

Baca juga:  Puluhan Ternak Ikut Diboyong Pengungsi ke Taro

Meski demikian, pihaknya mengaku sudah siap menghadapi situasi terburuk. Bila erupsi Gunung Agung mengakibatkan situasi terburuk yakni penutupan bandara terus menerus, lonjakan penumpang akan dihadapi dengan penambahan kapal. Dalam situasi normal, disiagakan 24 trip penyebrangan atau penyebrangan tiap jam.

Tambahan 3 sampai 4 kapal juga sudah siagakan, dari 12 kapal lainnya yang stanby di Pelabuhan Lembar, Lombok. “Kita kan ada 36 kapal. Kalau situasi normal kita sediakan 24 trip. Kalau memang nanti ada lonjakan, sisa kapal yang stanby siap beroperasi membantu penyeberangan,” kata Rosta.

Baca juga:  Sempat Tutup 20 Jam, Penyeberangan Padangbai-Lembar Kembali Dibuka

Situasi kali ini sangat bertolak belakang dengan situasi saat terbitnya status awas sebelumnya pada 22 September lalu. Saat itu, sehari pasca status awas, ribuan warga Karangasem memanfaatkan Pelabuhan Padangbai untuk mengungsi ke Lombok.

Kapolsek Kawasan Laut Padangbai, Kompol Ketut Suharto Giri, menduga ini terjadi karena masyarakat Karangasem sudah mulai paham tentang mitigasi bencana sehingga tak sampai larut dalam kepanikan. (Bagiarta/balipost)

Baca juga:  Antre Menunggu Kapal, Calon Penumpang Melahirkan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *