SEMARAPURA, BALIPOST.com – Gunung Agung yang dalam tiga hari belakangan mulai meletus, baik freatik maupun magmatik, kini kembali dinaikkan statusnya menjadi level IV (Awas). Kenaikan status itu berdasarkan laporan periode pengamatan PVMBG, Senin (27/11) mulai pukul 00.00 – 06.00 Wita.
Melihat hal tersebut, BNPB kembali merilis perluasan daerah rawan bencana (KRB) hingga 8-10 km dari kawah Gunung Agung dan warga dihimbau untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman.
GOR Swecapura yang setelah sebelumnya dijadikan posko pengungsian, kembali didatangi para pengungsi dari KRB Gunung Agung.
Hingga, Senin (27/11) pukul 10.00 Wita jumlah pengungsi yang tersebar di wilayah Kabupaten Klungkung tercatat 3.067 jiwa, dengan 790 jiwa berada di posko pengungsian GOR Swecapura. Jumlah ini diprediksi akan terus mengalami peningkatan. “Mudah-mudahan siang ini kami bisa mendata jumlah pengungsi yang datang ke sini (GOR Swecapura) dan ke banjar-banjar secara valid,”ujar Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, Putu Widiada.
Untuk mengantisipasi membludaknya jumlah pengungsi yang datang, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan. Salah satunya dengan mendirikan tenda-tenda pengungsian di lapangan GOR Swecapura. Pada Minggu (26/11) telah didirikan sebanyak 4 tenda dan hari ini ditambah lagi 3 tenda.
Sementara, untuk persediaan logistik, Putu Widiada mengatakan, persediaan logistik, seperti beras masih aman untuk beberap minggu ke depannya. Pasalnya, hingga saat ini jumlah persediaan beras yang berada di Posko Pengungsian GOR Swecapura sebanyak 33,175 ton. “Logistik seperti beras kita masih 33,175 ton. Dengan jumlah pengungsi yang ada sampai saat ini 3.067 jiwa, kalau dihitung sehari menghabiskan beras hanya 1,2 ton, saya kira untuk logistik masih aman untuk beberapa minggu ke depan ini,” tandasnya.
Untuk warga Karangasem yang telah mengungsi 2 bulan terakhir ini, dikatakan, telah melakukan aktivitas masing-masing sesuai dengan keahlian yang dimiliki. “Aktivitas warga di pengungsian sudah berjalan dengan baik. Artinya, yang mempunyai keahlian buruh tani sudah melakukan aktivitasnya, sampai ada yang mengintrak tanah untuk menanam bunga gumitir. Begitu juga yang bekerja sebagai sopir sudah berjalan sesuai dengan keahliannya,” pungkasnya. (Winatha/balipost)