JAKARTA, BALIPOST.com- Letusan Gunung Agung diketahui mengarah dari letusan freatik ke letusan magmatik yang diperkirakan akan menyebabkan terjadinya letusan besar. Untuk itu, pihak-pihak terkait perlu menyiapkan berbagai hal teknis, termasuk mempertimbangkan status penanganan bencana Gunung Agung menjadi bencana nasional.
“Karena ini bisa menjadi bencana nasional, semua roda ekonomi terganggu. Dengan di-cancel nya sejumlah jadwal penerbangan, tentu geliat ekonomi telah terkena dampak,” kata anggota DPR Tutik Kusuma Wardhany saat dihubungi di Jakarta, Senin (27/11).
Anggota DPR dari daerah pemilihan Bali yang mengaku masih berada di Bali memantau penanganan pengungsi Gunung Agung ini mengatakan, tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata yang menjadi sektor andalan Bali telah terpukul. Oleh karena itu, dia mengajak semua pemangku kepentingan untuk mencari solusi terbaik dari dampak perekonomian yang dihadapi.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) telah menyatakan Gunung Agung memasuki fase kritis. Artinya dari segala pengamatan instrumentasi, menunjukkan ada proses magma mendorong ke permukaan tetapi tersumbat oleh material-material batuan yang ada. “Kami berdoa agar erupsi Gunung Agung tidak berlangsung lama, karena kami di Bali sangat tergantung dengan pariwisata,” ujarnya.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Komandan Emergency Respon Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kusmayadi mengungkapkan aktivitas ekonomi masyarakat di sepanjang jalur wisata menuju Pura Besakih lumpuh.
“Puluhan rumah dan kios yang disaat normal menjual berbagai souvenir Bali tampak tutup. Desa besakih ini seperti desa mati, tidak ada aktifitas warga sama sekali,” terang Kusmayadi.
Kondisi di kawasan ini, menurut Kusmayadi, juga sudah mulai ditutupi abu vulkanik dari Gunung Agung. “Jarak pandang di darat hanya 300 meter saja,” ungkapnya.
Selain mata perih, nafas juga terasa sesak. Pihaknya yang melakukan penyisiran dan upaya evakuasi terpaksa harus berbekal masker untuk mencegah abu terhirup. Pura Besakih yang menjadi salah satu objek wisata andalan Bali saat ini masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III atau kawasan yang dianggap paling rawan dan paling terdampak.
Pada area ini, desa atau wilayah akan terkena awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu pijar dan abu lebat. Wilayahnya masuk dalam 6-7,5 KM atau zona merah/bahaya. “Dalam radius ini, harus dikosongkan. Alhamdulillah masyarakat patuh dan mengikuti imbauan tersebut,” ujarnya.(hardianto/balipost)