AMLAPURA, BALIPOST.com – Situasi berbeda dihadapi Satgas PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan) dalam menyelamatkan ternak warga pascastatus awas kedua Gunung Agung. Dulu, tim ini bisa leluasa menjemput ternak warga. Tetapi kali ini ancaman debu vulkanik di daerah zona rawan membuat tim ini harus memutar otak untuk mencari opsi lain guna mengevakuasi ternak warga.
Ketua Satgas Bidang PKH Kementrian Pertanian RI drh. Nata Kusuma, M.MA., ditemui di Pos Komando Tanah Ampo, Kecamatan Manggis, Senin (27/11), mengatakan sesuai target awal pihaknya rencananya mengevakuasi 12.000 ternak warga. Sebelumnya sebanyak 1.667 ekor ternak sudah di pengungsian, sejak upaya evakuasi September lalu sampai yang terbaru 27 Nopember dengan rincian sapi 1. 535 ekor, kambing 116 ekor, babi 16 ekor. Ternak ini tersebar di tempat penampungan di Buleleng, Klungkung, Karangasem dan Gianyar.Data tersebut didapat setelah bertambah lagi pasca dilakukan evakuasi setelah erupsi sejak 26 Nopember sampai 27 November, sejumlah 382 ekor ternak. Terdiri atas sapi 341 ekor, babi 3 ekor dan kambing 38 ekor.
Sekarang masih ada sekitar 10.000, atau tepatnya 10.333 ternak sapi, kambing dan babi milik warga yang belum terselamatkan. Sementara situasi di lapangan sudah tidak memungkinkan melakukan evakuasi, lantaran beresiko terhadap kesehatan. Sebab, hujan abu di zona rawan bencana sudah sangat tebal. Pemiliknya juga tak berani mendekat, karena zona rawan bencana sangat berbahaya. Apalagi setelah ada terjangan banjir lahar dingin. Ternak warga seperti sapi kalau tidak dapat pakan dan minum hanya akan bertahan selama tiga hari.
“Kalau tidak segera dievakuasi akan kurang pakan. Mencari pakan di sekitarnya juga tak mungkin, karena rumput dan pepohonan sudah tertutup abu vulkanik. Kalau mati dan jadi bangkai, nanti juga jadi sumber penyakit,” terang Nata Kusuma.
Untuk mengatasi persoalan ini, Nata Kusuma, mengatakan Satgas PKH Kementrian Pertanian memerlukan TGC (Tim Gerak Cepat) yang di dalamnya ada unsur terkait, seperti dari Dinas Kesehatan, PUPR maupun Dinas Perhubungan. Tetapi, melihat situasi di lapangan masih amat berbahaya, TGC ini hanya akan bisa bekerja pascaerupsi. Sementara, sampai kapan erupsi ini akan berlangsung, belum dapat dipastikan. Kalau ada ternak mati, TGC ini harus bergerak cepat membersihkan bangkai agar tidak menyebarkan penyakit. Sejauh ini pihaknya belum menerima laporan ada ternak mati karena erupsi Gunung Agung. Tetapi, dalam seminggu terakhir dia khawatir akan ada laporan-laporan warga yang tidak bisa mengevakuasi ternak, kemudian akhirnya mati.
Komandan Satgas Penanganan Erupsi Gunung Agung, Letkol Inf. Benny Rahadian, mengaku akan mengkaji lebih jauh persoalan dari Satgas PKH tersebut. Ini cukup menjadi persoalan pelik, karena dalam situasi erupsi, ternak warga tentu tak akan bertahan lama disana. Rumput sudah tertutup abu. “Kalau tidak segera dievakuasi, maka akan segera jadi bangkai. Maju kena mundur kena, diam pun kena,” katanya saat memimpin rapat evaluasi di Pos Komando Tanah Ampo.
Disisi lain, saat ini stok pakan ternak dikatakan masih mencukupi. Total konsentrat tersedia 234 ton. Konsentrat yang sudah di distribusikan sebanyak 31,50 ton. Sisa masih di gudang 202,5 ton. Pakan lainnya seperti jerami 15.750 kg (sudah didistribusikan). Demikian juga hijauan pakan ternak kinggres 50,5 ton dan HPT lain (campuran jerami, rumput, batang pisang) 5 ton. Sedangkan pakan silase 46.940 kg, sudah didistribusikan sebanyak 9.320 kg. Sisa di gudang masih 40.620 kg bersama pakan pucuk tebu 59 ton. (Bagiarta/Bali Post)