JAKARTA, BALIPOST.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi lahar dingin Gunung Agung di Bali akan terus mengalir. Bahkan diprediksi jumlahnya bertambah banyak karena musim hujan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan banjir lahar dingin sudah terjadi di beberapa tempat di lereng Gunung Agung. “Hujan akan meningkat. Jangan melakukan aktivitas di sekitar sungai. Radius 8-10 km harus kosong dari aktivitas masyarakat,” kata Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, Senin (27/11).
Menurutnya, letusan cukup besar terjadi sejak Sabtu (25/11) yang ditandai meningkatnya erupsi Gunung Agung dari fase freatik ke magmatik. Fenomena itu merupakan permulaan dari banjir lahar hujan. Material piroklastik erupsi Gunung Agung akan terus bertambah dan hujan akan meningkat selama musim penghujan. “Jangan beraktivitas di radius berbahaya dan sekitar sungai,” sarannya.
Sejauh ini, BNPB mencatat sebanyak 23 desa terdampak akibat ditetapkannya status Awas Gunung Agung sejak Senin (27/11) pukul 06:00 WITA. Sedangkan masyarakat di 22 desa di antaranya diharuskan mengungsi.
Seluruh desa terdampak itu, berada dalam radius rawan erupsi sejauh 8 kilometer dari kawah Gunung Agung, ditambah perluasan sektoral ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya sejauh 10 kilometer. “Dengan ditetapkan status awas dengan radius 8 kilometer ditambah sektoral jadi 10 kilometer, maka ada 22 desa yang harus mengungsi,” kata Sutopo.
Adapun masyarakat di 22 desa yang diminta mengungsi adalah Ababi, Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringasari, Muncan, Duda Utara, Amertha Bhuana, Sebudi dan Buda Keling.
Sutopo memperkirakan ada sekitar 90 ribu sampai 100 ribu jiwa yang harus dievakuasi dari desa-desa yang diminta dikosongkan itu. Saat ini proses evakuasi masih terus dilakukan. Sementara itu, tercatat ada 40.000 orang yang telah melakukan evakuasi mandiri sejak 25 November 2017. “Petugas terus melakukan penyisiran dan mengimbau agar warga mengungsi. Masih ada sebagian masyarakat yang belum mau mengungsi karena alasan masih aman, ternak, lahan, kepercayaan lokal dan lain-lain,” kata Sutopo. (Hardianto/balipost)