Sejumlah anggota BPBD Buleleng membangun tenda untuk pengungsi di Desa Les. (BP/dok)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Pascadua kali erupsi freatik hingga terjadi hujan abu dan banjir lahar dingin, gelombang pengungsi dari Karangasem ke Buleleng terus bertambah. Saat ini jumlahnya hampir 6 ribu jiwa.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Made Subur Selasa (28/11) mengatakan, tambahan pengungsi pasca status awas tercatat sebanyak 2.500 jiwa. Sementara pengungsi yang sebelumnya tetap bertahan sejak status gunung agung diturunkan ke level siaga pengungsi tercatat 3.000 jiwa lebih, sehingga sekarang data smentara tercatat 5.992 jiwa.

Baca juga:  Rangkaian Panca Wali Krama di Besakih Dimulai, Pendakian ke Gunung Agung Diminta Tak Dilakukan

Seluruh pengungsi itu sekarang telah menempati fasilitas umum (fasum) di beberapa desa di Buleleng, rumah penduduk, dan lahan kosong milik warga. Sementara itu, lokasi tenda darurat di tanah milik warga di Desa Les hingga kemarin belum dihuni oleh pengungsi.

Saat ini, di lokasi sudah dipasang tenda, fasiltas untuk mandi cuci dan kakus (MCK), air bersih, dan dilengkapi jaringan listrik PLN. Untuk memudahkan koordinasi penanggulangan pengungsi, BPBD juga sudah mendirikan tenda di Desa Les sebagai posko komando erupsi Gunung Agung. “Pengungsi terus bertambah dan sudah disebar ke fasum, rumah penduduk, dan lahan milik warga. Kalau situasinya darurat, tenda darurat baru kami fungsikan. Tenda darurat itu sudah kami persiapkan dan fasilitasnya lengkap termasuk kami dirikan tenda untuk posko komando erupsi Gunung Agung,” katanya.

Baca juga:  Ribuan Siswa Masih di Pengungsian  Pengelolaan Dana BOS Bermasalah

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa mengatakan, dari ribuan pengungsi itu pihaknya mendapatkan laporan tambahan siswa pengungsi. Berdasasrkan laporan sementara, tercatat 600 siswa SMP mengikuti keluarganya mengungsi ke Buleleng.

Ratusan siswa pengungsi itu, telah dikoordinasikan dengan Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) di sembilan kecamatan untuk memfasilitasi agar siswa tersebut bisa melanjutkan pendidikannya kendati dalam situasi mengungsi. “Baru siswa SMP yang datanya masuk dan ini dinamis sekali, apalagi situasi Gunung Agung belum bisa diprediksi dan tidak menutup kemungkinan ada tambahan siswa pengungsi. Komitmen tetap kita fasilitasi agar proses pendidikan siswa tidak terputus,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

Baca juga:  Pandemi COVID-19, Generasi Milenial Pilih Bertani Sayur Organik
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *