MANGUPURA, BALIPOST.com – Jumlah kunjungan wisatawan dari Cina anjlok 100 persen. Hal itu diungkapkan Ketua Perkumpulan Biro Perjalanan Wisata Bali Liang (khusus market China), Elsye Deliana, Sabtu (2/12).
Dikatakannya, jumlah penerbangan dari Cina ke Bali pada saat low season, biasanya hingga 15 pesawat per hari termasuk regular dan charter flight. Dari jumlah tersebut, ada sebanyak 2.000-3.000 orang per hari yang datang ke Bali, rata-rata menginap 4-5 malam.
Sedangkan, saat high season, jumlah penerbangan ke Bali biasanya hingga 30-35 pesawat. Tapi sekarang, sama sekali tidak ada penerbangan ke Bali. “Kondisi ini diperkirakan akan terjadi hingga Januari dan baru akan terbang kembali ke Bali pada Februari,” katanya.
Kondisi ini menurut Elsye, dipengaruhi penutupan Bandara Ngurah Rai akibat debu vulkanik beberapa hari lalu. Bahkan pemberitaan oleh media di Cina mengatakan ribuan wisatawan sempat terlantar di Bandara Ngurah Rai Bali.
Padahal, wisatawan yang memang dihandle oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) resmi atau legal, semuanya diurus dengan baik dan sudah kembali ke negaranya. Pihaknya menduga, tamu Cina yang tidak diurus oleh BPW resmilah yang terlantar dan tidak ditangani dengan baik di Bandara Ngurah Rai.
Wisatawan Cina yang tidak terhandle dengan baik adalah tamu yang datang ke Bali lewat online booking, lewat BPW ilegal, dan yang menggunakan jasa pemandu wisata (guide) ilegal atau tidak resmi terdaftar, sehingga tidak ada yang bertanggung jawab. “Yang terlantar itu bukan tamu travel agen resmi, karena wisatawan yang dihandle BPW resmi, semuanya tertangani dengan baik. Kalau tamu yang milik agen travel resmi, semua sudah pada pulang,” pungkasnya.
Meski sudah berhasil membantu kepulangan ribuan wisatawan Cina, namun anggota BPW yang tergabung dalam Bali Liang mengaku kecewa. Pasalnya, meski pada 28 November, Gubernur Bali sudah mengeluarkan surat edaran, agar tamu yang tertinggal di Bali saat bandara tutup diberi free hotel satu malam, juga dijanjikan free transport untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya, faktanya ada yang tidak menjalankan. “Namun ternyata perintah Gubernur Bali ini tidak terlaksana di tingkat bawah, sehingga jatuhnya ke kita-kita. Kami berharap jika Bandara Ngurah Rai ditutup lagi, pemerintah agar bisa lebih baik melakukan koordinasi dengan pihak pengelola bisnis transport dan hotel di Bali,” harapnya.
Sementara, Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Luar Negeri DPP ASITA, Eddy Sunyoto menambahkan, musibah Gunung Agung ini bisa diambil hikmahnya. Pelaku pariwisata bisa belajar menangani wisatawan saat bencana Gunung Agung.
Kalau penanganannya bagus, ini bisa jadi promosi bagus juga bagi Bali. Menurutnya, ada sekitar 30 ribuan wisatawan Cina yang ditangani selama penutupan bandara, dalam hal penginapan dan transportasi.
“Ada beberapa yang membuat kita kecewa. Kita berterima kasih sekali bapak Gubernur Bali sudah mengeluarkan Surat Keputusan dengan cepat, yang mewajibkan hotel memberikan satu malam free dan berikutnya diberikan harga harga khusus selama bandara tutup. Namun di lapangan banyak kawan hotel yang enggan memberikan itu. Akhirnya BPW BPW China ini yang tutupi, semua untuk menjaga nama baik Bali, agar wisatawan Cina tetap ke Bali,” ujarnya. (Yudi Karnaedi/balipost)