Karena kesulitan dalam menangkap ikan sejumlah nelayan tradisional terpaksa memarkir perahunya selama kondisi cuaca tidak menentu. (BP/dok)
MANGUPURA, BALIPOST.com – Para nelayan disarankan agar tidak melaut karena kondisi cuaca ekstrem yang melanda wilayah Badung dalam beberapa hari ini. Menurut Kepala Dinas (Kadis) Perikanan Kabupaten Badung Putu Oka Suwadiana ketinggian gelombang laut bisa mencapai 2 meter.

Mengenai pasokan ikan laut, Suwadiana menjelaskan puluhan nelayan yang ada di Badung telah memiliki penampungan ikan atau cool storage. Saat tangkapan para nelayan melimpah, sebagian hasil tersebut disimpan dalam coolstorage. Dan pada kondisi paceklik ikan, simpanan tersebut dikeluarkan. “Badung tidak mengalami kelangkaan ikan laut. Meskipun ikan yang ada di sejumlah pasar di Badung tidak semuanya dari nelayan Badung,” katanya.

Baca juga:  Pidato Tiga Tahun Kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali

Untuk memenuhi kebutuhan ikan yang tinggi, suplai dari daerah lain dibutuhkan. Seperti nelayan di wilayah Pengambengan, Muncar dan Lombok. Kerjasama dengan nelayan wilayah tersebut membuat pasokan di Badung tetap stabil. Begitu juga sebaliknya, saat tangkapan nelayan di Badung melimpah, mereka mengirimkannya ke daerah tersebut.

Mengenai pasokan perikanan darat, ia mengatakan di Badung pasokannya masih lancar. Bahkan, kini Dinas Perikanan Badung tengah merintis metode budidaya ikan darat yang baru.

Suwadiana memaparkan, di Badung sendiri kebutuhan ikan darat cukup besar. Seperti pemenuhan ikan lele yang masih kekurangan sekitar 3,5 ton dari kebutuhan 8 ton per hari. Sehingga untuk pemenuhannya harus didatangkan dari Pulau Jawa.

Baca juga:  "Segara Healing" Garapan Sanggar Seni Tugek Carangsari Pukau Penonton PKB XLV

Saat ini, dikatakannya, Badung merintis sistem budidaya lele dengan bioflok yang menggunakan kolam berbentuk lingkaran. Selain itu, juga tengah mencoba inovasi sistem bioflok skala rumah tangga. Pilot project budidaya ikan lele dengan bioflok berada di Umalas, Kerobokan Kelod.

Sistem bioflok merupakan metode budidaya ikan lele dengan kolam bundar dan menggunakan zat bioflok. Air di dalam kolam selalu dalam keadaan berputar. Dengan putaran tersebut membuat kolam dapat diisi lele lebih banyak dibandingkan dengan metode kolam berbentuk persegi empat.

Baca juga:  Antisipasi Demo Tolak RUU Kesehatan, Polda Undang IDI Bali

Dengan sistem sebelumya kapasitas tampung hanya sekitar 100-200 ekor per meter kubik. Sedangkan, dengan sistem terbaru ini ukuran kolam yang sama dapat menampung sekitar 1.000 sampai 1.500 ekor per meter kubiknya. Dari segi pertumbuhan ikan lele pun lebih cepat.

Sebelumnya memerlukan waktu 3-6 bulan, berkurang menjadi 3-4 bulan, bahkan ada yang 2,5-3 bulan sudah panen. Yang isinya 1 kilogram 5-7 ekor lele. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *