SEMARAPURA, BALIPOST.com – Erupsi Gunung Agung tak hanya menimbulkan endapan pasir di wilayah Karangasem. Namun juga pada anak sungai Unda, Kabupaten Klungkung. Itu menjadi berkah untuk sejumlah warga yang tinggal disekitarnya. Material bangunan tersebut ditambang dan dijual. Hasilnya mampu untuk menenuhi kebutuhan hidup.
Berdasarkan pantauan, Senin (4/12) endapan pasir terdapat pada anak sungai yang memiliki lebar sekitar 5 meter. Beberapa warga terlihat menambang menggunakan peralatan tradisional. Beberapa juga tengah menaikkan ke truk dan mengayak. Sebelumnya, lokasi tersebut hanya dijadikan tempat permandian truk.
Salah seorang penambang, Nengah Karta menuturkan endapan itu terjadi sesaat setelah banjir lahar sepekan lalu. Mengingat kualitasnya cukup baik untuk material banguan, itu ditambang sejumlah warga. Langkah ini juga untuk normalisasi, menghindari terjadinya pendangkalan yang memicu alir meluap ke permukiman. “Penggaliannya baru dari kemarin. Hanya memakai skop biasa. Tidak paka alat berat. Ini juga untuk memperlancar aliran air,” ungkapnya.
Pasir tersebut dijual kepada warga di wilayah Klungkung seharga Rp 1,1 juta per truk dan Rp 200 per satu pick up. Peminatnya dikatakan cukup tinggi, terlebih menipisnya pasokan dari daerah Karangasem sejalan dengan penutupan aktivitas Galan C di lereng Gunung Agung. “Kualitasnya cukup bagus. Sama dengan yang dari Karangasem,” kata pria paruh baya ini.
Sehari menambang, ia bersama beberapa rekannya berhasil mendapatkan dua truk pasir. Itu pun sudah habis di pesan. “Yang nampang warga di sini saja,” imbuhnya.
Keberadaan pasir itu juga memberikan lapangan pekerjaan untuk warga lain. Salah satunya Wayan Budiarta. Ia menjadi tukang ayak. Upahnya untuk membantu menutupi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Bahkan, dinyatakan situasi itu sebagai “berkah”. “Ya bisa dapat pekerjaan,” ucapnya.
Sebelum di lokasi itu, sejumlah warga mencari pasir di Sungai Unda dengan memanfaatkan peralatan seadanya, seperti cangkul dan ban dalam besar. Hasilnya tak begitu menggiurkan. Demikian pula kualitasnya yang lebih buruk. “Tapi dengan situasi seperti sekarang, masih ada banjir, warga tidak berani mencari,” tandasnya. (sosiawan/balipost)