Pekak Kedol. (BP/dok)
GIANYAR, BALIPOST.com – Maestro lukisan teknik spaghetti, Wayan Kedol atau akrab disapa Pekak Kedol meninggal karena diabetes. Disinggung terkait sakit yang diderita seniman lukis ini, anak ketiga Pekak Kedol, Nyoman Yoga Tri Semarawima mengungkapkan bahwa sesungguhnya almarhum sudah menderita sakit sejak 1985 silam.

“Kala itu bapak menderita penyumbatan pada saluran kencing, tetapi bukan kencing batu, semacam kutil di saluran kencing,” jelasnya, Senin (4/12).

Setelah 20 tahun berjalan, kesehatan warga Banjar Teges Kaja Kelurahan Gianyar ini kembali menurun, setelah dicek ternyata infeksi kembali terjadi pada saluran kencing Made Kedol. “Tahun 1998, pengobatan urologi sudah canggih,” terangnya.

Baca juga:  Tren Kasus Positif COVID-19 di Bali Turun, Transmisi Lokal Masih Terus Bertambah

Tidak berhenti sampai disitu, 2 tahun berselang Pekak Kedol kembali mengalami penyumbatan pada saluran kencing. Nah tepatnya pada 2000 silam, seniman berjangkut ini dinyatakan menderita diabetes kering. “Setelah itu selama 17 tahun hingga sekarang bapak berjuang melawan penyakit ini,” katanya.

Pasca divonis menderita diabetes, kesehatan dari suami Ni Wayan Kasnawati (65) terus menurun. Sejumlah penyakit pun terus muncul.

Selama perjuangan melawan sakit, Pekak Kedol disebut tetap melahirkan karya lukis dengan teknik andalan yang sudah memiliki hak cipta itu. Khususnya semenjak dihadiahkan kursi roda elektrik pada 2015. “Semenjak dihadiahkan kursi roda elektrik itu dari Brigjen Dedy Kristanto yang sekarang beliau Mayjen, bapak semakin semangat berkarya, karena dimudahkan dalam beraktifitas,” katanya.

Baca juga:  Gubernur Koster Pimpin Upacara Hari Sumpah Pemuda 2021 di Jembrana

Namun apa daya, penyakit diabetes ini tetap mengganas. Terutama setelah almarhum sempat jatuh ketika hendak kencing di kamar mandi.

Almarhum mengeluhkan sakit pada punggung setelah dicek ternyata ia mengalami saraf kejepit. Sempat dilakukan fisioterapi tapi tidak berhasil, akibatnya selama sebulan lebih Made Kedol pun bertahan merasakan sakit pada bagian punggung. Hingga akhirnya pihak keluarga berinisiatif untuk konsultasi pada dokter ahli di RS Siloam. “Sempat diterapi 3 hari kemudian pertengahanNovember disarankan untuk operasi,” jelasnya.

Usai operasi, bukannya membaik, kondisi Pekak Kedol semakin menurun bahkan Sabtu (2/12) malam dinyatakan kritis. Kala itu kaki kirinya membengkak lantaran ada pembekuan darah pada arteri paha, sehingga menghambat aliran darah ke paru-paru. “Saat itu bapak sampai dikasi morfin. Disana kami sudah pasrah. Berdoa yang terbaik untuk bapak. Akhirnya, karena sudah terjadi sumbatan di paru-paru, bapak mengalami gagal nafas,” tandasnya.

Baca juga:  Warga Bali Meninggal COVID-19 Tambah Puluhan, Kabupaten Ini Terbanyak

Usai dipastikan meninggal jenazah almarhum langsung dibawa pulang ke rumah duka. Selanjutnya setelah rembug dengan bendesa adat, dijadwalkan untuk upacara ngaben akan digelar pada 8 Desember mendatang. “Jadi sebelum hari itu bapak ditidurkan di balai terlebih dahulu,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *