Gunung Agung masih mengeluarkan asap berwarna putih cenderung kelabu pada Selasa (5/12). (BP/ist)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Aktivitas Gunung Agung dalam 3 hari terakhir mengalami perlambatan. Namun, aliran lava yang menuju bibir kawah Gunung Agung menunjukkan adanya pergerakan.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, Selasa (5/12) mengatakan ketinggian lava tersebut mencapai 10 meter dari sebelumnya. Ia mengungkapkan dalam periode sebelumnya saat terjadinya erupsi, volume lava di permukaan mencapai 20 juta meter kubik dengan waktu yang singkat. Sementara dari pemantauan melalui satelit terbaru, aliran lava masih terus berlangsung menuju ke permukaan.

Baca juga:  Walhi Bali : Rapat Komisi Penilai Kelayakan Amdal Reklamasi Bandara Ngurah Rai 12,15 Ha Langgar Hukum

Hanya saja, laju pergerakannya diakui sedikit melambat. “Dari tanggal 30-5 tambahan lava ke permukaan terus terjadi. Bahkan saat ini ketinggian lava naik sekitar 10 meter dari sebelumnya. Untuk bisa sampai ke bibir kawah memang masih cukup jauh. Jika dihitung maksimum sekitar 120 meteran lagi untuk bisa penuh,” ungkap Devy.

Dikatakannya, jika dibandingkan saat 1963 pertumbuhan lava ke permukan sangat cepat untuk memenuhi kawah. Pasalnya, sehari setelah terjadinya letusan pembuka, langsung berguguran awan panas dan lava panas.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Masih di Atas 4.000 Orang, Bali Masih di 10 Besar

Hanya saja dia memprediksi, saat itu lubang kawah tidak sebesar sekarang ini. Sehingga cepat terpenuhi. “Jadi kita lihat aktivitas perkembangannya seperti apa ke depannya. Kalau berpedoman pada 1963 secara keseluruhan tidak bisa. Yang paling penting itu bisa dijadikan sebagai dasar,” terangnya.

Lebihlanjut dikatakannya, untuk kepulan asap kembali teramati berwarna putih sedikit kelabu dengan ketinggian mencapai 1.500 meter. Asap mengandung gas.

Baca juga:  Dukung Pembangunan Terminal LNG, Warga Desa Sidakarya Gelar Aksi

Sementara untuk aktivitas kegempaan vulkanik masih cukup tinggi. Dan gempa low frekuensi lebih banyak dari gempa vulkanik. Banyaknya gempa low frekuensi mengindikasikan kalau masih adanya aliran fluida magma ke permukaan. “Meski asap berwarna putih, namun ada konten gas magmatik SO2-nya yang masih terus berlangsung,” terang Devy. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *