VAR
Ilustrasi. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Saat ini penyakit Difteri yang disebabkan bakteri Corynebacterium diptheriae telah ditemukan di beberapa Provinsi di Indonesia. Penyakit yang menyerang saluran nafas atas dengan persentase kematian tinggi ini belum tercatat atau ditemukan di Bali.

Hal ini dikarenakan jangkauan vaksinasi untuk penyakit ini di Bali tinggi. Khusus Tabanan, jangkauan imunisasinya sudah mencapai 100 persen.

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Dinas Kesehatan Tabanan, dr Ketut Nariana, Selasa (5/12) memaparkan dalam mencegah penyakit difteri, pemerintah telah memasukkannya dalam imunisasi dasar atau wajib yang dinamakan imunisasi DPT/HB-hib atau imunisasi untuk membentuk daya tahan terhadap penyakit difteri, batuk rejan 100 hari, tetanus, hepatitis-b dan hemophilis infulenza tipe B. Pemberian imunisasi DPT/HB-hib ini diberikan sebanyak empat kali yaitu saat bayi berusia dua bulan, tiga bulan, empat bulan dan terakhir adalah booster diberikan setelah bayi berusia 18 bulan.

Baca juga:  AWcorna Dikembangkan Menjadi Merek Dagang Vaksin Covid-19 di Indonesia

Berdasarkan data tahun 2016 tercatat 4.917 bayi yang lahir di Tabanan. Jangkauan imunisasi DPT/HB-hib ini pada tahun yang sama adalah 4.918 bayi atau 100,9 persen. Kelebihan angka dibandingkan jumlah bayi yang lahir dijelaskan Nariana karena ada jadwal imunisasi pada bayi yang lahir tahun 2015 dilanjutkan pada tahun 2016.

Sementara pada tahun 2017 hingga Oktober dari 4.893 bayi yang lahir sudah terjangkau imunisasi DPT/HB-hib sebanyak 4.161 bayi atau sekitar 85,8 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr. Nyoman Suratmika menambahkan saat ini memang sudah ada warning dari Kementerian Kesehatan agar mewaspadai penularan penyakit ini ke daerah yang belum tertular. Namun lanjut Suratmika hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena bagi yang sudah menjalani imunisasi DPT, akan memiliki kekebalan tubuh yang spesifik terhadap penyakit tersebut. “Karena jangkauan imunisasi di Bali untuk DPT tinggi, penularan tentu kecil terjadi karena semuanya sudah memiliki daya tahan tubuh,” ujarnya.

Baca juga:  Dugaan Korupsi PNPM, Dua Perempuan Diadili di Pengadilan Tipikor

Penyakit difteri sendiri sebenarnya sudah lama menghilang namun kembali merebak di 2017. Artinya, ada yang tidak melakukan imunisasi DPT/HB-Hib.

Menurut Suratmika tujuan imunisasi sendiri sebenarnya adalah untuk mencegah infeksi penyakit dengan membentuk daya tahan tubuh secara spesifik melalui imunisasi. “Jadi Difteri sebenarnya bisa dicegah penularannya jika sudah menjalani imunisasi,” jelasnya.

Karenanya ia berharap agar masyarakat tidak ragu-ragu membawa anak-anaknya untuk menjalani imunisasi dasar atau wajib yang disarankan pemerintah. Vaksin yang disediakan untuk imunisasi melalui Puskesmas dipastikan asli dan aman. S

Baca juga:  LPD Tak Lagi Bisa Diusut Kasus Korupsi

Difteri sendiri adalah penyakit yang menyerang saluran nafas atas dengan ciri-ciri selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengkakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck.

Pembengkakan ini yang bisa menyebabkan kematian karena penderita mengalami gagal nafas. Penyakit yang menular lewat droplet penderita ini juga menghasilkan toksin berbahaya sehingga menyebabkan gagal ginjal maupun gagal jantung yang memicu kematian. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *