GIANYAR, BALIPOST.com –Tradisi ngerebeg serangkaian piodalan di Pura Duur Bingin, Desa Tegallalang kembali digelar Rabu (6/12). Tradisi unik ini, diikuti ratusan anak-anak dari tujuh banjar di Desa Tegallalang, yang sudah menghiasi diri dengan beraneka warna dan pernak penik. Ritual yang dilaksanakan turun temurun ini bertujuan untuk memohon keselamatan.
Sejak Rabu siang sekitar pukul 11.00 wita satu persatu anak laki-laki dengan berbagai hiasan sudah memadati Pura Luhur Duur Bingin. Hal ini dilakukan sebagai persiapan pelaksanaan Ritual Ngerebeg. Hingga pukul pukul 12.00 wita sesaat setelah anak-anak tersebut berkumpul di Utamaning Mandala Pura, rangkaian upacara persiapan Ngerebeg pun dilakukan. Seperti persembahyangan, hingga nunas pica (nasi dan lawar) yang dilakukan dengan cara megibung.
Anak-anak dengan beragam hiasan itu lantas membawa berbagai hiasan dari pelepah busung (janur) dan pelepah daun jaka (aren), juga lelontek, kober (bendera suci), dan penjor. Bahkan, ada pula penjor yang terbuat dari batang pohon salak ikut diarak. Selanjutnya berjalan kaki sejauh 10km dengan mengelilingi Desa Tegallalang. “ Kegiatan ini untuk menetralisir segala pengaruh negatif yang ada di lingkungan Desa Pakraman Tegallalang. Wujud ritual ini, para pengayah mulai dari anak-anak hingga dewasa, dihias seluruh tubuhnya agar terlihat seram, “ jelas Bendesa Adat Tegallalang I Made Jaya Kusuma disela-sela persiapan ritual Rabu kemarin.
Jaya Kusuma menjelaskan ritual ini dilaksanakan sehari menjelang Karya Piodalan di Pura Duur Bingin setiap 210 hari sekali. Ritual ini juga selalu dilaksanakan pas saat rahina Pegat Uwakan pada Buda Kliwon Pahang. Saat digelarnya prosesi ritual Ngerebeg, seluruh krama dari 7 banjar adat di Desa Pakraman Tegallalang, ikut terlibat. Yakni, Banjar Gagah, Banjar Pejeng Aji, Banjar Tegallalang, Banjar Tegal, Banjar Tengah, Banjar Penusuan, dan Banjar Tri Wangsa.
Diterangkan Ritual Ngerebeg di dahului dengan Pacaruan di Pura Duur Bingin.
Setelah pacaruan, dilanjutkan menghaturkan paica alit, yakni krama nunas ajengan (mohon makanan) berupa nasi berisi lawar yang langsung dinikmati bersama di halaman Pura Duur Bingin. “Selanjutkan dilaksanakan ritual Ngamedalang Ida Sasuhunan Pura Duur Bingin. Barulah kemudian peserta Ngerebeg yang didominasi anak-anak dan remaja putra ini melakukan ritual jalan kaki keliling desa dengan payas aeng (hiasan tubuh menyeramkan), “ ucapnya.
Ditengah prosesi itu kalangan krama dewasa menghaturkan sesaji di setiap pura dan setra (kuburan) yang dilewati dalam prosesi Ngerebeg. Usai mengeliling desa dengan melewati setiap pura dan setra, perjalanan ratusan peserta Ngerebeg kembali ke areal Pura Duur Bingin. “Para pengayah dengan dandanan menyeramkan, berjalan kaki keliling desa,“ katanya.
Pelaksanaan ritual ini pun mengundang sejumlah wisatawan yang kebetulan atau sengaja ingin menyaksikan tradisi itu. Bahkan masyarakat pun secara kompak terlihat duduk-duduk di depan rumah maupun artshop mereka untuk menyaksikan ritual yang dilaksanakan enam bulan sekali itu. (manik astajaya/balipost)