Petir
Ilustrasi. (BP/dok)
NEGARA, BALIPOST.com – Jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Jembrana saat ini masih cukup tinggi. Bahkan dari akumulasi sejak 2015, total jumlah pengidap AIDS yang meninggal dunia mencapai 313 orang.

Sementara selama setahun ini, ada 95 pengidap dengan jumlah orang meninggal 21 orang. Data yang dihimpun dari Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Jembrana, Rabu (6/11), jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 855 kasus. Dari jumlah tersebut berdasarkan kelamin, 57 persen merupakan laki-laki dan 43 persen perempuan.

Baca juga:  Tradisi Mepatung, Kedonganan Siapkan 110 Ekor Babi

Jumlah tersebut terdiri dari 597 penderita AIDS dan 258 HIV. Sementara bila dilihat dari sisi usia, didominasi usia produktif antara 20-40 tahun sebanyak 76 orang.

Niat masyarakat untuk melakukan tes di klinik Volunteer Conseling Test (VCT) tahun 2017 ini juga meningkat. Dalam setahun total ada 4.531 kunjungan atau meningkat 200 orang dibandingkan tahun 2016 sebanyak 4.341 kunjungan. Dilihat dari pekerjaan, karyawan swasta mendominasi yakni 63 persen disusul kemudian ibu rumah tangga sebesar 24 persen.

Baca juga:  Diduga Terpeleset, Seorang Kakek Ditemukan Tak Bernyawa di Yeh Otan

Sekretaris KPAD Kabupaten Jembrana, I Gusti Bagus Oka Parwata mengungkapkan untuk di tingkat Provinsi Bali berdasarkan data KPAD Provinsi Bali, Jembrana berada di posisi keenam jumlah pengidap dari total di Bali yang mencapai 17.744 kasus. Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dari RSU hingga Puskesmas termasuk RS Swasta di Jembrana telah memiliki Klinik VCT. Di setiap faskes itu juga terdapat petugas. Pemerintah juga menyediakan ARV yang dikonsumsi secara teratur bagi pengidap HIV/AIDS. Menurutnya droping ARV pengadaannya disalurkan langsung dari Kementerian Kesehatan.

Baca juga:  Ani Yudhoyono Tutup Usia

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana, I Putu Suasta mengatakan dari data pemeriksaan di klinik VCT yang tersebar di setiap faskes, kesadaran masyarakat untuk mengecek masih stagnan. Bahkan di beberapa kasus, warga harus dipaksa dan ibu hamil diharuskan sebelum melahirkan. Dinas juga melakukan upaya preventif dan promotif kendati upaya tersebut hasilnya kurang signifikan. Harus diakui, kesadaran masyarakat terhadap HIV tidak seantusias menjaga kesehatan fisik. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *