SEMARAPURA, BALIPOST.com – Hari kedua pagelaran Nusa Penida Festival (NPF) 2017 di Pantai Mahagiri Desa Jungutbatu Nusa Lembongan, Kamis (7/12) dilaksanakan lomba merangkai perani. Lomba yang diikuti tiga tim Karang Taruna/Sekaa Teruna di Desa Jungutbatu Nusa Lembongan ini sebagai salah satu bagian dari pendidikan budaya.
Tak hanya itu, panitia juga menyelenggarakan lomba lain. Peserta lomba yang seluruhnya remaja putri nampak nampak lihai merangkai setiap bahan yang telah dipersiapkan.
Mulai dari buah hingga membuat pernak-pernik lainnya sebagai penghias. Panitia Bidang Kerohanian, Jero Mangku Nyoman Arsana menyatakan ada empat kriteria penilaian dalam lomba ini. Diantaranya, kelengkapan bahan yang disajikan, kerjasama tim, estetika keindahan dalam merangkai dan waktu pengerjaan.
Lomba ini memakai sembilan bahan, baik berasal dari laut, danau dan darat yang digunakan mewakili pala bungkah dan pala gantung. Mangku Arsana menyatakan jumlah tersebut sesuai pengider buana atau Nawa Sanga (sembilan penjuru mata angin) sebagai persembahan ucapan terimakasih kepada tuhan atas anugerah yang dilimpahkan. “Kriteria kelengkapannya itu sembilan jenis hasil bumi yang mewakili populasi baik di laut, danau dan darat,” terangnya.
Kerjasama dalam tim dibutuhkan agar mampu memunculkan estetika saat merangkai. Keterlibatan generasi muda atau karang taruna sebagai peserta diharapkan bisa menjadi media pendidikan untuk melanjutkan warisan leluhur tersebut. “Ini juga sebagai media pendidikan dalam meneruskan budaya bagi generasi muda,” paparnya.
Pada hari yang sama, juga berlangsung lomba memasak ikan laut bagi ibu-ibu PKK di Desa Jungutbatu Nusa Lembongan. Melalui event tahunan ini, masakan tradisonal dapat popular hingga ke mancanegara.
Lomba ini mendapat perhatian wisatawan asing. Mereka bahkan berkesempatan mencicipi hasil olahan yang disajikan. Menurut ketua tim penilai, Dewa Suerna, kriteria dalam lomba ini diantaranya pengolahan, penyajian, rasa, kebersihan dan waktu. “Ada beragam olahan yang dibikin, seperti pepes, sop ikan, dan olahan lainnya,” ujar anggota, Nyoman Sulitra dan Bayu Dwipayana.
Lomba permainan gebug bantal juga turut mengisi festival ini. Pesertanya yang mencapai puluhan orang tak hanya warga lokal, namun juga wisatawan asing. Peserta asal Amerika Serikat, Anderson mengaku senang dan bangga karena sudah diundang dan bisa mengikuti acara ini.
Menurutnya, permainan itu sangat menarik dan menyenangkan serta menambah keakraban dan kebersamaan dengan warga. “Saya sangat senang bisa ikut bagian dalam kegiatan ini. Kalau tahun depan saya bisa datang lagi, pasti akan ikut lagi,” akunya.
Ada pula lomba Gala-gala yang diikuti siswa SD di Nusa Lembongan. Ini sebagai langkah melestarikan permainan tradisional. Sesuai informasinya, festival yang menginjak tahun ke-IV ini akan ditutup pada 9 Desember, dengan dihiasi berbagai lomba dan hiburan. (Adv/balipost)