SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kepulauan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung menjadi salah satu bagian pariwisata Bali yang namanya telah mendunia. Keindahan alam, khususnya pada laut tak diragukan lagi. Guna mewujudkan pariwisata berkelanjutan, perlu ada komitmen bersama dengan tindakan nyata untuk melakukan pelestarian.
“Sebagai wilayah KKP, terumbu karang disini wajib dijaga,” ujar Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta disela-sela penandatanganan deklarasi rehabilitasi terumbu karang di pantai Mahagiri Desa Jungutbatu, Nusa Lembongan, bertepatan dengan Nusa Penida Festival ke-IV, Jumat (8/12).
Kerusakan terumbu karang pada perairan di kepulauan yang dikenal dengan sebutan The Blue Paradise Island itu masih terjadi. Menurut Suwirta disebabkan banyak faktor. Seperti aktifitas penyelaman yang tidak terkontrol, lego jangkar yang tidak diatur dengan baik dan masalah sampah plastik yang merusak simbiosis laut. “Jangan hanya bisa mengeluh tanpa melakukan apa-apa,” sebutnya.
Bupati asal Nusa Ceningan menyatakan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah, Pemkab telah merancang pembuatan pelabuhan yang disebut pelabuhan segitiga emas. Melaui itu, nantinya semua akses akan terpusat. Selain itu komitmen untuk menjaga pariwisata Nusa Penida juga akan dilakukan dengan menyiapkan badan pengelola. “Ini sebagai komitmen untuk menjaga pariwisata Nusa Penida,” terangnya.
Kepala Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Nyoman Karyawan deklarasi rehabilitasi terumbu karang itu sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelestarian alam dan pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan seluruh steakholder, seperti pemilik ponton, perhimpunan/komunitas penyelam dan pelaku pariwisata terkait. “Ini melibatkan seluruh stakeholder terkait,” sebutnya.
Pada hari yang sama, festival juga juga diisi aksi bersih pantai dan penanaman mangrove yang melibatkan siswa dan masyarakat Nusa Lembongan. Selain itu ada pula lomba miniatur perahu layar yang diikuti puluhan peserta. Ini sebagai cara untuk melestarikan ditengah jumlahnya semakin berkurang akibat nelayan beralih profesi. “Lomba ini sebagai upaya melestarikan perahu tradisional ditengah perkembangan global,” ujar Koordinator lomba, Made Rudana.
Salah satu peserta asal Desa Kutampi, Wayan Budiarta alias Boneng mengaku telah menyiapkan perahunya sejak jauh hari sebelumnya. “Yang tak kalah penting adalah perawatan perahu ini agar tidak dimakan kutu atau rayap,” terangnya.
Panitia juga menyelenggarakan lomba Stand up Paddle atau mengayuh papan surfing dengan posisi berdiri. Ini mampu menarik minat wisatawan asing yang sedang berlibur. Mereka berbaur dengan peserta lainnya dari warga setempat untuk menjadi yang terdepan. (Adv/balipost)