GIANYAR, BALIPOST.com – Label banyak libur untuk tenaga kerja Bali karena mengikuti kegiatan keagamaan dan budaya sudah melekat sejak lama. Sejumlah pengusaha menilai negatif terhadap adanya fakta ini, malah ada investor terang-terangan membuka lowongan kerja dengan mencari tenaga non-Hindu.

Untuk mencari solusinya, Kadin Gianyar menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang bertemakan “Bali Banyak Libur” di Ruang Sidang Utama Kantor Bupati Gianya, Jumat (8/11). Ketua Kadin Gianyar, Ir. I Wayan Gede Arsania menegaskan stigma yang melekat pada tenaga kerja Bali khususnya yang beragama Hindu bahwa mereka sering libur, sudah terdengar sejak lama.

Baca juga:  Pemerintah Harus Segera Revisi UU Terorisme

Namun, dengan adanya lowongan di koran yang mencari tenaga kerja non-Hindu itu membuat Kadin merasa terusik. Jika hal ini dibiarkan, bisa jadi tenaga kerja lokal terpinggirkan dirumah sendiri. Padahal jika dilihat dari mutu SDM tenaga kerja Bali tidak kalah dengan naker lainnya.

“Jika hal ini terus dibiarkan, anggapan naker asal Bali malas dan sering libur akan terus berkembang dan berdampak makin beratnya mencari lapangan kerja,” tegas Arsania.

Baca juga:  Nakes Terkena COVID-19, Sejumlah Poli RS Sanjiwani dan Dua Puskesmas Tutup

Arsania menekankan dunia pariwisata di Bali justru tidak bisa dilepaskan dari adat dan budaya lokal. Kearifan lokal inilah yang menjadi daya tarik wisata datang berkunjung. “Masih banyak daerah lain yang pesona alamnya lebih indah dari Bali, tapi kenapa Bali jauh lebih terkenal. Hal ini karena pesona adat dan budayanya,” tambah Arsania.

Kadin mencoba mengandeng pihak-pihak terkait seperti Majelis Agung Desa Pakraman (MADP), Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP), asosiasi pengusaha yang tergabung dalam Kadin, BPJS Tenaga kerja dan lain-lainnya. Tujuannya, menurut Gede Arsania, agar didapat solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Baca juga:  Ubah Stigma Negatif Pasien Covid-19

Namun Gede Arsana yang juga seorang pengusaha ini juga menyadari, para investor juga tidak mau rugi dalam berbisnis. Ia berharap naker Bali juga profesionalisme dalam bekerja. “Jangan sampai tugas adat dijadikan kedok untuk libur bekerja,” sarannya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *