Lukisan
Perajin lukisan Kamasan. (BP/Dokumen)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Anjloknya kunjungan wisatawan akibat dampak meningkatnya aktifitas Gunung Agung di Karangasem, berimbas pada lesunya penjualan barang kerajinan. Salah satunya kerajinan lukisan wayang kamasan di Desa Kamasan, Klungkung. Bahkan saking sepinya kunjungan wisatawan, pedagang lukisan di desa setempat mengaku tak pernah kedatangan satupun pembeli.

Seperti yang diungkapkan perajin lukisan wayang kamasan di Banjar Sangging Desa Kamasan Klungkung I Ketut Madra. Ditemui di tokonya Senin (11/12), Madra mengatakan peningkatan aktifitas Gunung Agung sejak September lalu berdampak signifikan terhadap pariwisata dan penjualan barang kerajinan. Sejak Gunung Agung naik status menjadi awas, kunjungan wisatawan ke Desa Kamasan menurun. Imbasnya, penjualan barang kerajinan pun menjadi ikut lesu.

Baca juga:  Kontraksi Ekonomi Bali Berlanjut dan Keuangan Industri Hotel Memprihatinkan, Pembukaan Pariwisata Difinalisasi

Dia mengungkapkan ketika kondisi Gunung Agung masih normal, setiap harinya ada saja wisatawan yang berkunjung ke Desa Kamasan termasuk ke toko lukisan miliknya. Rata-rata jumlah wisatawan yang berkunjung ke tokonya sekedar melihat-lihat ataupu membeli karyanya sekitar dua orang. “Itu kalau wisatawan asing, kalau yang lokal rata-rata lima orang per hari,” terangnya.

Kebanyakan wisatawan asing yang datang ke tokonya berminat pada lukisan. Perminggunya omzet yang didapat dari penjualan lukisannya rata-rata Rp 5 juta.

Baca juga:  Pengungsi di Taro Mulai Jual Ternaknya, Ini Alasannya

Namun sejak Gunung Agung naik status ke level awas dan mengalami erupsi, kunjungan wisatawan ke Desa Kamasan termasuk ke tokonya anjlok. Bahkan Madra mengatakan, sejak dua bulan terakhir toko miliknya tak pernah kedatangan satupun wisatawan. Kondisi yang sama juga diakuinya terjadi pada toko lukisan lainnya yang ada di Desa Kamasan. “Sama sekali tidak pernah ada kunjungan wisatawan. Kalau dulu pasti ada saja yang kesini, walaupun tidak belanja. Biasanya wisatawan ke sini, setelah ke Besakih dan ke Kerta Gosa,” ujarnya.

Lanjut dikatakan Madra, saat ini yang masih datang ke tokonya hanya warga local. Biasanya mereka membeli perlengkapan upacara seperti uang kepeng, bokor, wadah tirta dan beberapa barang berbahan perak dan kuningan yang juga dijual di tokonya.

Baca juga:  Cetuskan Desain Wayang Kulit Pancadatu

Madra menambahkan, meski sepi pengunjung, sejauh ini belum ada satupun perajin lukisan yang sampai menutup tokonya. Dirinya juga mengaku tetap berkarya membuat lukisan untuk dipajang sebagai koleksi ditokonya. “Sulit diprediksi sampai kapan aakan seperti ini. Karena ini alam. Saya hanya bisa berharap mudah-mudahan kondisinya bisa kembali pulih seperti dulu,” harapnya. (dayu rina/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *