SINGARAJA, BALIPOST.com – Polisi masih menyelidiki peristiwa tenggelamnya dua siswi SMK Kesehatan Widharba Lingkungan Sangket, Keurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada Senin (11/12) di Air Terjun Tembok Barak, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada. Tujuh orang saksi yang terdiri dari siswa SMK Kesehatan Widharba dan tiga orang guru pendamping saat trekking yang berujung maut tersebut telah dimintai keterangan.
Dari keterangan saksi itu, polisi belum menyimpulkan siapa pihak yang bertanggungjawab dalam petaka yang menyebabkan dua nyawa siswi Luh Devi Cahyani, asal Desa Pegadungan, Kecamatan Suaksada dan Kadek Dwi Asmarani dari Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak tewas tengelam di kubangan air terjun.
Kepala Sub Bagian (Kasubag) AKP Nyoman Suartika seizin Kapolres Buleleng AKBP Suratno Selasa (12/12) mengatakan, dasri keterangan saksi dari siswa rekan kedua korban menyebut bahwa trekking digelar atas inisiastif siswa. Para siswa kemudian menyampaikan kepada guru pendamping, sehingga 21 siswa dan guru pendamping memutuskan melakukan trekking dengan tujuan air terjun Tembok Barak Desa Sambangan.
Sedangkan, guru pendamping menyebutkan bahwa, sepanjang perjalanan dari lokasi parkir hingga di lokasi air terjun, para siswa sudah diawasi dengan ketat. Bahkan, di loaksi sebelum siswa diizinkan untuk menikmati pemandangan alam, guru pendamping kembali memberikan petunjuk terkait posisi dan kedalaman pada kubangan air terjun yang diperbolehkan berenang.
“Kalau siswa memang menerangkan trekking itu inisiatif yang disampaikan kepada guru pendamping. Sedangkan guru pendamping juga sudah memberikan arahan bahwa lokasi berenang agar tidak melewati batas kedalaman yang sudah diukur sebelumnya oleh guru pendamping,” katanya.
Menurut AKP Suartika, dari keterangan tujuh orang saksi tersebut, pihaknya belum menemukan siapa pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa ini. Namun demikian, kejadian ini mengarah adanya dugaan kalau korban sendiri yang kurang memperhatikan situasi di lokasi trekking.
“Jadi dugaan kami kemungkinan saja ada anak-anak peserta trekking kurang waspada dan tidak mengikuti instruksi yang disampaikan oleh guru pendamping mereka,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)