Wisatawan berkunjung ke Tanah Lot, Tabanan. (BP/dok)
DENPASAR, BALIPOST.com – Optimisme tetap harus terpancar di tengah bencana erupsi Gunung Agung. Kendati, hampir semua industri di Bali mengalami krisis. Mulai dari industri pariwisata hingga airlines. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerjasama dengan baik untuk mempromosikan “Bali Aman” ke seluruh dunia.

“Kita harus membuat package-package yang menarik. Buat Bali ini ramai, kita perlu promosikan Bali bukan industri kita, bukan hotel-hotel kita,” ujar Praktisi Pariwisata, Ida Bagus Ngurah Wijaya dalam diskusi antara gubernur dan komponen pariwisata Bali di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Selasa (12/12).

Menurut Wijaya, Bali sudah memiliki modal lewat predikat “best destination in the world” selama bertahun-tahun. Artinya, semua pihak termasuk pemerintah harus bisa memperlihatkan keindahan objek-objek wisata yang ada di Bali.

“Bagaimana sekarang membuat destinasi-destinasi itu menarik sehingga wisatawan datang ke Bali,” jelasnya.

Baca juga:  Dugaan Korupsi Bansos COVID-19, Mensos Serahkan Diri ke KPK

Ketua Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali, Gusti Kade Sutawa mengatakan, aliansi menginginkan adanya transportasi darat yang aman dan nyaman untuk mengantar wisatawan ke airport terdekat. Terutama saat kembali ada penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai karena abu vulkanik Gunung Agung.

Termasuk mengenai teknisnya karena kondisi Terminal Mengwi dinilai tidak memadai dan tidak representatif.

“Kami juga memohon adanya Crisis Center yang menyiapkan segala kemungkinan dengan SOP supaya tidak terjadi lagi gerakan-gerakan yang sporadis, panik, dan sebagainya,” imbuhnya.

Sutawa juga meminta gubernur untuk memberikan pernyataan kepada media nasional dan internasional terkait kondisi sebenarnya di Gunung Agung. Termasuk mengundang pihak airlines dan Konsul jenderal (konjen) untuk menginformasikan Bali aman dikunjungi.

Masyarakat secara khusus juga diminta membantu menyebarkan berita positif terkait erupsi dan ikut melakukan propaganda promosi “Bali Safe”. Baik di media cetak, elektronik, maupun media sosial.

Baca juga:  Tim SAR 56 Negara Ikuti INSARAG Team Leader Meeting 2017

“Bagaimana agar negara-negara pemasok wisatawan mencabut travel ban atau travel warning yang telah dikeluarkan,” jelasnya.

Direktur ITDC, Wayan Karioka tak menampik bila ada ketakutan tinggi dari wisatawan untuk datang ke Bali saat Gunung Agung berstatus awas (level IV). Hal inipun berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan turunnya angka okupansi hotel. Untuk menekan rasa ketakutan itu, harus ada jaminan yang diberikan untuk para wisatawan.

“Harus ada konsep memberikan jaminan bahwa kalau terjadi erupsi mereka aman dan siap diberangkatkan kembali ke daerah asalnya,” jelasnya.

Country Director Agoda Internasional Indonesia, Gede Gunawan mengaku tidak bisa mempromosikan Bali ke dunia internasional bila status Gunung Agung masih awas. Pihaknya berharap ada penurunan level pada aktivitas vulkanik Gunung Agung.

Baca juga:  Urus Izin Penangkapan Ikan, Nelayan Keluhkan Soal Pengukuran Kapal

“Bisa tidak level IV diturunkan? Kalau masih level IV bagaimana bisa mempromosikan? Kalau untuk pengungsi silahkan mau level lima atau level sepuluh juga tak apa-apa,” ujarnya.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, status awas (level IV) Gunung Agung hanya berlaku di radius 8 km dengan 22 desa terdampak. Artinya, di Karangasem saja masih ada 56 dari 78 desa yang tidak terdampak erupsi gunung tertinggi di Bali itu.

Sementara 8 kabupaten/kota lainnya bisa dikatakan aman untuk dikunjungi, termasuk oleh wisatawan mancanegara.

“Kita jangan sampai salah. Bali tidak dalam status awas, yang awas itu gunungnya dengan radius 8 km. Selebihnya normal,” tegasnya.

Terkait harapan adanya penurunan status Gunung Agung, Pastika menyebut itu kewenangan PVMBG. Sebab, menyangkut pula keilmuan yang harus dipertanggungjawabkan. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *