MANGUPURA, BALIPOST.com – Jumlah angkutan pengumpan (feeder) Trans Sarbagita yang beroperasi di wilayah Kecamatan Kuta Selatan dipangkas. Pengurangan ini lantaran jumlah pengguna moda transportasi ini turun, sehingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung melakukan rasionalisasi.
Dengan adanya kebijakan tersebut, jumlah kendaraan pengumpan hanya tersisa delapan unit di 2018. Padahal, tahun ini jumlah kendaraan pengumpan ditetapkan berjumlah 14 unit, namun setelah dilakukan rasionalisasi anggaran menjadi Rp 2,9 miliar Rp 5,4 miliar berimbas pula terhadap jumlah kendaraan.
Delapan armada yang tersisa akan dibagi dua untuk melayani trayek I rute GWK-Tanjung Benoa dan trayek II rute Kelan Uluwatu. Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kabupaten Badung, AA Ngurah Rai Yuda Darma, mengatakan kebijakan tersebut sejalan dengan keputusan yang diambil Pemerintah Provinsi (Pemprop) Bali. “Kami mengikuti provinsi (kebijakan –red). Sebab, terjadi rasionalisasi koridor utama dari provinsi, Batubulan-Nusa Dua dan Kota Denpasar-GWK,” ujar Rai Yuda, Rabu (13/12).
Menurutnya, kebijakan pemerintah merasionalisasi anggaran sewa kendaraan pengumpan Bus Trans Sarbagita lantaran adanya rasionalisasi dari pemerintah provinsi. “Karena di provinsi dirasionalisasi berpengaruh pada kita di kabupaten,” tegasnya.
Kendati demikian, pihaknya akan terus mengupayakan memasyarakatkan penggunaan transportasi publik. Sebab, pihaknya tidak bisa sertamerta menutup layanan tersebut lantaran merupakan amanah undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan. Tak hanya itu, Pemkab Badung juga terlanjur menjalin kesepatan dengan pihak provinsi dan kabupaten/kota (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) yang tergabung dalam program tersebut.
Sebelumnya, Wakil rakyat di DPRD Badung, meminta efektivitas kendaraan pengumpan guna mendukung kelancaran Trans Sarbagita dikaji ulang. Sebab, kendaraan yang berfungsi memberikan kemudahaan menjangkau pelayanan moda transportasi umun ini kurang diminati masyarakat.
Sekretaris Komisi II DPRD Badung, Nyoman Mesir, mengaku kerap melihat kendaraan pengumpan yang lalu-lalang tanpa penumpang. Padahal, kendaraan jenis minibus ini diharapkan sebagai pemantik dalam memajukan transportasi umum di Bali. (Parwata/balipost)