Operet yang dibawakan Teater Tiga dan Teater Jepun di Ardha Candra, Sabtu (16/12). (BP/wan)
DENPASAR, BALIPOST.com – Panggung terbuka Ardha Candra, Sabtu (16/12) dipenuhi masyarakat Bali. Riuh rendah pekik penonton terdengar ketika pembawa acara angkat suara membuka acara.

Penampilan pertama dibuka dengan teater dari SMPN 3 Denpasar dan SMAN 3 Denpasar. Mengangkat tema bullying, penampilan teater ini mendapat sambutan hangat dari penonton.

Konseptor JAM (Jerit Anak Muda), Kadek Ryo Aryawan mengatakan seni teater yang ditampilkan di Bali TV diharap bisa meningkatkan semangat teater di kalangan muda. Karena saat ini, minim peminat muda.

Baca juga:  Nangun Sat Kerthi Loka Bali Jadi Roh Konstruksi dan Properti di Bali

Teater yang dilakoni anak-anak teater Tiga dan Teater Jepun ini menceritakan tentang seorang gadis desa yang kehilangan orang tua sejak kecil. Anak yang pintar menari ini pergi ke kota dan bersekolah di kota.

Namun nasib malang dialaminya ketika teman-teman sekolahnya membully-nya. Hingga akhirnya ia tuli.

Pertunjukan teater yang melibatkan 45 orang ini tak hanya bercerita dengan operet tapi juga siluet, tarian, dan lagu-lagu. Latihan yang cukup singkat tetap membuat mereka tampil maksimal.

Yenni Agung, aktris sekaligus pembina juga telibat dalam pementasan tersebut. Ia yang pernah terlibat dalam dunia teater kini juga terjun ke dunia akting.

Baca juga:  Protes Tarif Retribusi, Pedagang Ruko Pasar Banyuasri Datangi DPRD Buleleng

Namun di sela-sela kesibukan jadwal syutingnya, ia menyempatkan diri berlatih. Walaupun singkat, hanya 6 hari, ia berhasil tampil prima.

Yenni yang berperan sebagai guru dalam teater itu mengaku miris dengan minimnya peminat anak muda dalam teater. Padahal menurutnya kegiatan berteater memberikan dampak positif bagi anak muda.

Anak muda milenial sangat akrab dengan dunia gadget hingga memiliki teman di dunia maya. Dunia digital ini dinilai sangat mempengaruhi perilaku anak jaman sekarang.

Baca juga:  Pemkot Rancang Keringanan Pajak Kura-kura Bali dengan Perda

Salah satunya adalah bullying seperti yang diangkat pada teater itu. “Gejala sosial anak-anak sekarang yang cenderung bersosmed memang bully itu identi. Bagi mereka bully itu membanggakan bisa menyakiti orang. Jadi kita dalam teater mengajak bersosial secara nyata,” ujarnya.

Ia berharap anak muda kembali ke dunia sosial yang nyata. Melalui dunia teater, anak muda dapat bersosialisasi dengan teman-teman nyatanya. Kreatifitas juga akan tumbuh melalui dunia teater. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *