DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pariwisata bisa dikatakan sangat terpengaruh dengan adanya peningkatan aktivitas gunung Agung. Kondisi ini terlihat dari turun drastisnya angka kunjungan wisatawan, yang diikuti dengan penurunan tingkat hunian hotel.
Para pengusaha yang berkecimpung di industri inipun mulai mengeluh. Sebagian bahkan telah merumahkan pekerjanya.
Ketua Federasi Serikat Kerja Bali, Wayan Suyasa, Minggu (17/12) mengatakan, para pekerja tak seharusnya menjadi korban dalam masalah ini. Pengusaha mesti melihat bagaimana pengabdian mereka.
Sebab, ada pekerja yang mengabdi pada suatu hotel atau akomodasi lainnya hingga puluhan tahun. Kendati tak dipungkiri, industri pariwisata saat ini banyak merugi karena terdampak erupsi Gunung Agung. “Akan tetapi, coba kita pikir jernih. Selama ini perusahaan juga sudah mendapatkan banyak keuntungan, jadi jangan hanya kejadian sekali ini langsung mengeluh dan lantas mengorbankan pekerja yang sudah loyal selama ini,” ujar pria yang juga Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Badung ini.
Menurut Suyasa, serikat pekerja, para pengusaha hingga pemerintah harus duduk bersama mengatasi masalah ini. Harus ada win win solution bagi semua pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, PHK massal bisa dicegah dan para pengusaha tetap menggaji sesuai dengan UMP yang telah ditetapkan. Mengingat, pendapatan 80% warga Bali ada di sektor Pariwisata. “Jangan sampai ada penurunan bahkan penundaan gaji karena tidak sesuai dengan ketentuan,” jelasnya.
Di sisi lain, Suyasa mengapresiasi langkah Gubernur Bali lantaran telah mengundang para Konsul Jenderal dan menjelaskan kondisi Bali yang sebenarnya. Dengan harapan, para konjen akan meneruskan ke negara asal masing-masing. Akan tetapi, peran masyarakat terutama pengguna medsos juga diharapkan, dengan menyebarluaskan informasi positif tentang keadaan Bali dan stop menyebarkan informasi hoax tentang kondisi Gunung Agung.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM, Luh Made Wiratmi, mengatakan massifnya informasi hoax tentang Gunung Agung di media sosial paling banyak mempengaruhi dunia kerja di Bali. Oleh karena itu, seluruh masyarakat terutama anak muda diminta untuk tidak ikut menyebarkan informasi yang tidak benar. “Hal itu dampaknya sangat besar bagi pariwisata, karena pariwisata sangat sensitif,” imbuhnya. (Rindra Devita/balipost)