MANGUPURA, BALIPOST.com – Pemanah I Komang Gde Krishnanda Putera Kesuma (Ganstar Badung) berhasil mendulang medali emas, di nomor aduan perorangan compound kelompo umum, mengalahkan peraih emas SEA Games Prima Wisnu W (Jogja), yang harus puas meraih medali perak, pada hari kedua, Mangupura Open Archery Tournament 2017, di Lapangan Gusti Ngurah Jania, Sading, Badung, Rabu (20/12).
Usai memenangkan laga, Komang Gde Krishnanda menyatakan, dirinya memang Saling berebut poin meladeni pemanah jitu Prima Wisnu. ‘’Kami saling kejar-mengeja poin,’’ tutur siswa kelas II SMK Ti Mengwitani ini.
Bahkan, setelah dinyatakan juara compound dengan merebut poin 139, dirinya tak menyangka benar-benar bisa mengalahkan Prima Wisnu, yang meraih poin 125. ‘’Saya sendiri kaget, seakan tak percaya bisa menundukkan pemanah nasional,’’ sebut dia. Sedangkan posisi juara III direbut Frederic Rifqy (Kulonprogo).
Juara compound umum putri adalah Yurike Nina Bonita Pereira (Fast Surabaya), disusul Yumna Haliza (Kulonprogo), dan juara III Tiara Sakti R (Fast Surabaya). Untuk compound kelompok SD, juaranya Achmad Firadus Assabil (Fast Surabaya), kemudian Abdullah Faiq (Malang), dan juara III Diandra Seta Satria Arena (Kulonprogo). Untuk compound SD putri, juaranya Khaliza Nazanin (Jember), kemudian Shehnaz Arrasy Daru Bexy (Fast Surabaya), dan juara III Sania Zahra Jasmine (Kulonprogo).
Untuk juara recurve umum putri direbut Gusti Ayu Yuniastari (Denpasar), disusul juara II Rezza Octavia (DM Bojonegoro), dan juara III Ayu Mareta Dyahsari (Fast Surabaya). Gusti Ayu Yuniastari, mengakui, dirinya memang sejak awak bersaing dengan Rezza, bahkan Yuniastari sempat tertinggal. ‘’Saya tak menyangka bisa juara, tembakan akhir-akhir saya yang unggul,’’ sebut Yuniastari.
Dia menilai, dirinya stabil dalam melakukan bidikan, meskipun cuaca hujan disertai angin kencang. ‘’Lawan saya tembakan akhirnya tidak stabil, mungkin saya lebih bisa membaca cuaca,’’ kata Yuniastari. Juara recurve umum putra adalah Dimas Islami Putra Arifin (Fast Surabaya), kemudian Ardian Indra Dewantara (Fast Surabaya), dan Gusti Ngurah Putu Krisna Adi (Denpasar). (daniel/balipost)