nelayan
Jalan menuju tempat tambat perahu-perahu tradisional nelayan di Pengambengan tergenangi air. (BP/olo)
NEGARA, BALIPOST.com – Proyek Pembangunan Groin dan Pengerukan Kolam di Pengambengan mendapat sorotan warga khususnya para nelayan. Pasalnya proyek bernilai Rp 18 Miliar bersumber dari APBN di Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut justru menyebabkan jalan menuju tempat tambatan perahu tergenangi air.

Para nelayan yang hendak menuju lokasi parkir perahu terhambat lantaran jalan becek. Dari informasi beberapa pekerja, kemarin merupakan hari terakhir pekerjaan. Kegiatan pengerukan di kolam sudah rampung, sehingga hanya pengerukan yang dilakukan di dekat lokasi proyek pembangunan Politeknik Kelautan Perikanan (KP) Jembrana. Di tepian urugan tanah setinggi kurang lebih satu meter dari jalan tersebut terpancang sejumlah bambu untuk pembatas.

Baca juga:  Sidak Komisi I DPRD Temukan Proyek Pondok Wisata Manipulasi Izin  

Selain pengurugan, pembuatan groin juga masih berlangsung. Sejumlah nelayan yang ditemui mengaku kesulitan untuk menuju lokasi lantaran jalan becek tersebut. Jalan berpasir diantara gundukan urugan tanah proyek tersebut sejak beberapa hari ini digenangi air. Lantaran tak ada saluran air, sehingga air hujan menggenang hingga di depan kantor Direksi Kit. “Tak ada proyek rusak (jalan), ada pembangunan tambah susah,” ujar  Zaeni, salah seorang nelayan yang melintas.

Zaeni yang naik motor nampak kesulitan masuk, bahkan akses menuju ke ujung groin tersebut terhambat. Padahal di sekitar ujung groin tersebut banyak digunakan nelayan khususnya nelayan jukung tradisional menurunkan tangkapan ikan dan transaksi jual ikan.

Baca juga:  Nelayan Keluhkan Soal Pengurusan SIPI

Menurut nelayan, proyek pengerukan kolam ini merupakan yang kesekian kalinya dilakukan. Tahun 2014 lalu, atau tiga tahun lalu juga dilakukan pengerukan kolam. Nilainya juga belasan milyar rupiah tepatnya Rp 12 Miliar. Namun di pintu masuk kolam atau groin tetap saja dangkal, sehingga perahu-perahu yang hendak bersandar di kolam labuh tidak bisa masuk. Upaya pengerukan ini sejatinya untuk penyediaan jalur labuh perahu-perahu nelayan di kolam pelabuhan.

Lantaran permasalahan kolam yang dangkal itu, Kementerian juga membeli kapal pengeruk pasir bernilai milyaran rupiah untuk mengatasi kolam labuh dangkal itu.

Baca juga:  Bandara Ngurah Rai Wajibkan Bayar Parkir Cashless di Jam Tertentu

Sementara Kasi Tata Kelola dan Pelayanan Usaha PPN Pengambengan, Bagus Sudananjaya, dikonfirmasi mengatakan bahwa pekerjaan tersebut belum rampung dilakukan. Baik pengerukan kolam maupun pembuatan groin. Pihaknya juga tidak menampik di jalan menuju ujung itu tergenangi air lantaran hujan belum lama ini. “Untuk pengerjaan hanya pengurukan dan pengerukan, belum sampai pembuatan jalan,” terangnya.

Pihak penanggungjawab proyek dari PT Senggalang Serayu Abadi yang hendak dikonfirmasi di kantor Direksi Kit kemarin disebutkan tidak ada. Menurutnya penangungjawab sedang keluar dan tidak diketahui kapan kembali. Dari pengamatan di papan pengerjaan proyek tertera tanggal SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja), 14 Agustus 2017 dengan waktu pelaksanaan 140 hari. (surya dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *