AMLAPURA, BALIPOST.com – Nasib kakek ini sangat memprihatinkan. Tetap nekat tinggal di lereng Gunung Agung sejak Gunung Agung masih aman hingga berstatus awas, kakek ini kini sudah meninggal. Karena menolak mengungsi kakek atas nama Wayan Darpa (82) ini ditemukan meninggal oleh kerabatnya, Jumat (22/12).
Darpa yang tinggal di wilayah KRB (Kawasan Rawan Bencana) III, meninggal karena usianya sudah tua dan sakit-sakitan.
Darpa menolak mengungsi bersama satu keluarganya. Warga Banjar Abian Tihing, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, berkumpul bersama anggota keluarga lainnya yang tinggal di Bukit Lalang, Banjar Perangsari Kaja, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat.
Warga ini sudah berulang kali diminta mengungsi sementara ke tempat aman. Sebab, baik di Amerta Bhuana maupun di Duda Utara, sama-sama berada pada KRB. Amerta Bhuana berada di wilayah KRB III dan Duda Utara ada di KRB II.
“Kami baru tahu masih ada warga disana, setelah warga ini meninggal dan keluarganya kesulitan melakukan penguburan jenazah. Sehingga, kami baru dihubungi untuk membantu penguburan jenazahnya. Kami langsung bergegas melakukan proses evakuasi,” kata salah satu relawan Pasebaya, Gede Suartawan.
Sulitnya medan menuju TKP, cukup membuat para relawan kesulitan melakukan evakuasi. Mereka harus berjalan kaki menaiki bukit sejauh sekitar satu kilometer. Bahkan, Sekretaris Pasebaya, I Wayan Suara Arsana, mengatakan proses penjemputan jenazah Darpa sempat terganggu, karena akses jalan menuju setra terputus, karena diterjang banjir beberapa hari lalu.
Akhirnya, setelah berhasil di evakuasi dengan ditandu dari menuju lokasi yang aman, proses penguburan ini dibantu mobil ambulance RSUD Karangasem melalui jalan lain.
Akses jalan yang dilalui melingkar dari wilayah Desa Duda Utara, menuju Desa Duda, Desa Selat, sebelum menuju kuburan. Proses penguburan berlangsung seperti biasa, dalam situasi mendung dan rasa cemas berada di sekitar lereng Gunung Agung.
Meninggalnya Darpa semakin menambah daftar warga yang meninggal sejak Gunung Agung berada pada level IV atau awas. Sejak 22 September hingga memasuki akhir Desember, jumlah pengungsi Gunung Agung yang meninggal dunia mencapai lebih dari 100 orang. Tersebar di sejumlah kabupaten, seperti di Buleleng, Klungkung, Denpasar, Bangli Gianyar dan Karangasem. Jumlah pengungsi yang meninggal terbanyak ada di Karangasem.
Kepala Dinas Sosial Karangasem, Ni Ketut Puspa Kumari mengatakan pengungsi yang meninggal bukan karena abu vulkanik atau lontaran krikil maupun lahar dingin. Tetapi, rata-rata karena usia sudah tua dan memiliki riwayat penyakit. Seperti asma dan penyakit lainnya. Ada juga pengungsi yang meninggal karena stres di tempat pengungsian. (bagiarta/balipost)