DENPASAR, BALIPOST.com – Atlet angkat berat putri Nasional, Ni Nengah Widiasih, bertekad untuk meraih hasil terbaik pada ajang Asian Para Games (APG) 2018 Indonesia. Untuk itu dirinya akan berlatih lebih keras agar bisa mewujudkannya.
Saat ditemui di sela sosialisasi APG 2018, Sabtu (23/12), Widiasih mengatakan, saat ini pihaknya masih terus melakukan latihan. Bahkan, Januari 2018, dirinya sudah masuk pelatnas di Solo.
Untuk APG tahun 2018, Widiasih ingin memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan prestasi yang sudah pernah dicapai. “Saya mau latihan lebih keras lagi, untuk bisa memberikan yang lebih baik dari prestasi yang sudah pernah saya capai. Apalagi saat itu Indonesia menjadi tuan rumah,” ujarnya.
Peraih medali emas untuk Indonesia pada ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017 ini, juga bertekad untuk bisa mengalahkan atlet dari China. Karena menurutnya, atlet China merupakan lawat terberatnya selama ini. “Lawan yang berat saat ini yaitu dari China. Ling-ling lawan terberat dari China,” kata atlet asal Kubu, Karangasem.
Direktur PR Media INAPGOC, Ashgindo Fachreza Nasution mengatakan, Asian Para Games (APG) 2018 rencananya akan digelar di Indonesia tepatnya di Jakarta pada 6-13 Oktober. Even ini akan dihadiri sebanyak kurang lebih 3.000 atlet penyandang disabilitas dan ofisial dari 43 negara di Asia anggota dari Asian Paralympic Committee. “Ada 18 cabang olahraga dengan 582 nomor pertandingan yang akan dihelat selama delapan hari,” katanya.
Dengan slogan “The Inspiring Spirit and Energy of Asia”, APG 2018 hadir dengan empat misi, yaitu determination, courage, equality dan inspiration. Keempat misi ini diharapkan dapat memperkenalkan tekad kuat dan kepercayaan diri para atlet dalam menghadapi segala tantangan, baik fisik maupun mental.
Selain itu ajang empat tahunan sekali ini juga berusaha mempromosikan kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat, serta menjadikan aksi para atlet penyandang disabilitas sebagai sumber inspirasi dan motivasi. “Slogan yang kuat juga didukung dengan kehadiran maskot bernama Momo (motivation an mobility) yang mengambil inspirasi dari hewan elang bondol,” tambahnya. (Yudi Karnaedi/balipost)