Nelayan memperbaiki perahunya dan memilih tidak melaut karena cuaca buruk. (BP/san)
TABANAN, BALIPOST.com – Cuaca buruk yang menyebabkan gelombang laut tinggi membuat nelayan Yeh Gangga memilih untuk tidak melaut. Selain karena tangkapan minim, nelayan memilih tidak melaut juga untuk menjaga jukung agar tidak rusak akibat gelombang tinggi. Cuaca buruk ini diprediksi akan berlagsung hingga Januari 2018.

Salah satu nelayan yang melaut di tengah cuaca buruk adalah I Nyoman Bagiana. Ia mengaku sempat turun ke laut pada Jumat (22/12) dan jukung miliknya malah jebol karena gelombang besar. “Ketahuannya saat hendak mendarat usai melaut. Jebolnya sebesar satu kepal tangan orang dewasa,” ujarnya.

Baca juga:  Menata Infrastruktur Menuju Kemandirian Bali

Ia menyebutkan, tingginya gelombang berpengaruh terhadap ketahanan jukung. Selain itu, penggunaan serta bahan mempengaruhi daya tahannya. Menurutnya jukung yang terbuat dari bahan fiber lebih kuat menahan efek dari gelombang tinggi dibandingkan jukung berbahan kayu, “Jukung saya masih terbuat dari kayu. Untuk jenis jukung fiber belum punya,” jelasnya.

Ia melanjutkan cuaca buruk yang menyebabkan nelayan tidak bisa melaut terjadi sejak akhir November 2017 dan diprediksi akan berlagsung hingga Januari 2018. Cuaca buruk di akhir tahun memang terbiasa terjadi dan bukan tahun ini saja.

Baca juga:  Varta.id Segera Diluncurkan

Karena tidak bisa melaut, saat ini kebanyakan nelayan memilih untuk memperbaiki jukung maupun alat tangkap sambil menunggu cuaca membaik. Hal yang sama dipaparkan I Ketut Baret. Menurutnya karena cuaca buruk membuat tangkapan juga minim, baik itu ikan layur maupun lobster.

Sambil menunggu cuaca membaik, Baret mengisinya dengan memperbaiki jukung dan alat tangkap dan mengurus sawahnya. “Tunggu sampai Januari 2018. Biasanya cuaca sudah bagus dan tangkapan sudah mulai ada,” ujarnya. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Menghindar dari Jebakan Generasi Penonton
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *