Kegiatan rembug Bali cari solusi dampak erupsi yang digelar HIPMI Bali di Sanur, Denpasar, Rabu (27/12). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kondisi perekonomian Bali pascapeningkatan aktivitas Gunung Agung memburuk. Berkaca dari pengalaman tersebut, perlu dilakukan antisipasi dan langkah mitigasi untuk menganstisipasi dampak-dampak tersebut.

Salah satu solusi yang mengemuka dalam Rembug Bali “Mencari Solusi Dampak Erupsi” adalah memperkuat kekuatan ekonomi pendamping, mendampingi pariwisata. Pembicara Rembug Bali, IB Rai Dharmawijaya Mantra, Rabu (27/12) mengatakan Bali telah mengalami sejumlah tantangan pariwisata, salah satunya bom Bali. Pengalaman ini seharusnya menjadi modal untuk menyusun SOP mitigasi dan recovery pariwisata.

Kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Bali sangat bagus. Namun ketika pariwisata mengalami goncangan karena isu bencana alam seperti saat ini, pariwisata Bali rapuh. Hal itu karena belum ada ekonomi penopang pariwisata, dan tidak pernah serius untuk dibicarakan, ditindaklanjuti, dan pelaksanaan program aksinya.

Baca juga:  Tanpa Pengawasan Ketat, PPKM Tak Ada Artinya

Sektor pertanian yang digadang-gadang sebagai penopang ekonomi memang ramai dibicarakan, namun sebatas peningkatan hasil produksi pertanian, belum meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian. Daya dukung seluruh komponen untuk memajukan ekonomi Bali juga belum kompak. “Harus ada maksimalisasi karena sudah banyak pembicaraan tentang ekonomi pertanian. Harus ada maksimalisasi yang betul-betul tingkat pertumbuhannya mendekati atau paling tidak, seimbang dengan tingkat pertumbuhan yang dikontribusikan dari pariwisata. Sehingga dalam keadaan terganggu seperti ini, hal-hal yang menghambat pertumbuhan ini bisa dibantu,” bebernya dalam rembug yang diadakan oleh HIPMI Bali.

Baca juga:  Majapahit Travel Fair, Ini Target Transaksinya

Menurutnya, kendala dalam membangun kekuatan ekonomi pendamping ini adalah konsisten dan komitmen dari semua pihak. Karena ada hal-hal yang menawarkan untuk merubah perilaku seseorang. “Harus ada transformasi, artinya adanya pergerakan yang merubah pandangan sedikit, etos kerja,” imbuhnya.

Jika hanya berbicara untuk meningkatkan produksi tanpa ada nilai tambah, akan sulit. Selain itu tanpa ada pembangunan talent juga sulit. Antara infrastruktur dan suprastruktur harus seimbang. “Kalau infrastruktur lebih maju tapi suprastrukturnya, kompetensinya atau talentnya tidak dibangun, ya kebocoran ekonomi lagi,” pungkasnya.

Ketua HIPMI Bali, Dr.dr I Gusti Nyoman Darmaputra, Sp.KK mengatakan, rembug yang dilaksanakan tersebut telah mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak. Untuk selanjutnya, HIPMI akan merumuskan hasil rembug tersebut.

Baca juga:  Wali Kota Cek SDN 11 Padangsambian, Rancang Penanggulangan Jangka Pendek Atasi Banjir

Solusi-solusi yang diberikan saat rembug seperti menguatkan sektor pertanian, industri kreatif serta mensinergikan antara indutri kreatif dan pertanian dengan pariwisata. Setelah itu dilakukan tindak lanjut berupa FGD-FGD.

Rumusan tersebut akan disampaikan ke pemerintah baik pemerintah saat ini maupun pemerintahan yang akan datang. “Kita menginisiasi acara ini juga atas masukan dari teman-teman pengusaha, dimana pengusaha di Bali sebagian besar adalah pariwisata. Mereka sangat merasakan efek dari erupsi Gunung Agung. Ini secara tidak langsung juga berefek pada bisnis-bisnis yang lain,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *