UPTD
Listrik di UPTD Pertanian mati sejak beberapa hari lalu. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejak tiga hari lalu warga pengungsi yang menempati posko Pengungsian di Dinas UPTD Pertanian di Desa Rendang, Karangasem mengalami kegelapan menyusul matinya listrik di lokasi tersebut. Atas kondisi itu, pengungsi berharap supaya listrik yang mati sejak beberapa hari bisa kembali hidup.

Informasi yang di himpun di lapangan permasalahan baru muncul dimana listrik di posko pengungsian UPTD Pertanian Rendang ada 3 kilometer listrik yakni 2 yang memakai pulsa dan 1 menggunakan meteran untuk pemakaian listrik. Untuk dua meteran memakai pulsa inilah yang menjadi persoalan, sebab sudah mati sejak tiga hari lalu dan belum juga hidup sampai siang.

Baca juga:  Pengungsi Harusnya Berjumlah 70 Ribuan, Kenyataannya Capai 150.109 Jiwa

Salah seorang pengungsi di Dinas UPTD Pertanian, Desa Rendang, Karangasem asal Banjar Batumadeg  I Wayan Rapet mengakui memang listrik di tempatnya sudah mati sejak tiga hari lalu. Pihaknya mengaku tidak tahu pasti apa penyebab matinya listrik tersebut.

“Ya memang listrik sejak tiga hari mati dan sampai sekarang ini masih belum hidup. Sejak listrik mati saya disini gelap-gelapan di malam harinya. Semoga listrik bisa kembali hidup, agar kita disini tidak kegelapan lagi,” harapnya.

Dia menjelaskan, dengan matinya listrik ini membuat dirinya beserta keluarga lainnya kesulitan ketika mau men charger HP ketika baterai habis.”Tidak bisa charger HP. Sekarang HP mati karena listrik masih mati,” ucapnya.

Baca juga:  Letusan Mengeluarkan Asap Kelabu Tebal Setinggi 700 Meter

Warga lain, I Nengah Regen, 54, asal Banjar Kesimpar, Desa Besakih, mengatakan bahwa sekitar Pukul 20:00 wita – 21:00 wita listrik padam dan pukul 22:00- sampai pagi listrik kembali hidup. Kondisi itu diakuinya, memang sering terjadi. “Kalau listrik mati airnya tidak bisa naik dan tertampung, karena untuk mengangkat air memakai sanyo,” paparnya.

Salah seorang petugas Wayan Yudi yang sempat melakukan pengecekan ke masing-masing tenda pengungsian pihaknya tidak menampik jika beberapa hari memang lampu di tempat pengungsian UPTD Pertanian mati.

Baca juga:  SE Kemenag akan Atur Ibadah Ramadan Cegah Penularan COVID-19

Kata dia, pihaknya juga tidak tahu secara pasti apa yang menyebabkan listik itu mati. Dia hanya menjelaskan, kalau setiap harinya menghabiskan biaya listrik mencapai 1 juta. Dan tingginya pemakaian listrik, akibat sejumlah pengungsi membawa kulkas, TV kipas angin, dan penanak nasi listrik ke lokasi pengungsian.

“Itu yang mengakibatkan tingginya pemakaian listrik. Karena kulkan TV dan penanak nasi yang menghabiskan daya listrik cukup tinggi. Kita hanya mengecek saja. Untuk membayarannya kita serahkan ke pemerintah, “imbuhnya. (eka prananda/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *