BANGLI, BALIPOST.com – Bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Bangli sepanjang 2017 masih didominasi tanah longsor. Berdasarkan data yang diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli terjadi sebanyak 34 bencana tanah longsor dan disusul pohon tumbang 16 peristiwa.
Dari sejumlah bencana yang terjadi, 16 orang meninggal dunia. Kepala Pelaksana dari Badan Penanggualan Bencana Daerah (BPBD) Bangli I Wayan Karmawan di damping Kasi Kedaruratan dan Logistik I Ketut Agus Sutapa, Jumat (29/12) mengungkapkan, di 2017 bencana tanah longsor masih mendomiansi, yakni 34 kejadian.
Longsor yang tersebar di empat kecamatan yakni Bangli, Susut, Tembuku dan Kintamani. Sementara bencana pohon tumbang sebanyak 17, angin kencang 4 kali, banjir bandang 2 kali, kebakaran permukiman 7 kali, dan kebakaran lahan 3 kali.
“Akibat bencana tersebut sebanyak 16 orang meninggal dunia, luka berat (7 orang) dan luka ringan (6 orang). Peristiwa yang banyak memakan korban jiwa saat terjadi bencana tanah longsor di Kintamani, termasuk mobil wisatawan jatuh ke danau. Dan estimasi kerugian secara keseluruhan mencapai Rp 72.406.492.202. Kerugian tahun ini lebih besar ketimbang 2016 yang hanya Rp 6.105.000.000 dari jumlah 93 kejadian,” ungkapnya.
Dipaparkan Karmawan, dari keseluruhan kejadian yang menimpa masyarakat, tidak semuanya mendapatkan bantuan. Sebab, yang diusulkan ke provinsi untuk mendapatkan bantuan tersebut sesuai dengan tingkat kerusakan yang dialami.
Mengingat, ada kriteria-kriteria yang telah ditentukan untuk mendapatkan bantuan. “Sebelum bantuan diajukan ke provinsi, kita lebih dulu melakukan verifikasi ke lapangan. Mana saja yang layak mendapatkan bantuan, baru kita usulkan bantauannya ke provinsi. Karena tidak serta merta setiap bencana yang menimpa masyarakat mendapatkan bantuan,” katanya.
Dikatakannya, dari bantuan yang diusulkan ke provinsi, sudah ada tiga tahap bantuan yang diproses dan sudah diberikan. Bahkan bantuan yang diberikan dari provinsi tersebut sudah diterima oleh masyarakat yang memang layak menerima bantuan tersebut. Sebab, bantuan yang dikeluarkan provinsi biasanya per triwulan.
“Untuk bantuan tahap pertama sudah dibantu sebesar Rp 85.000.000, tahap kedua Rp 126.000.000 dan tahap ketiga Rp 75.000.000. Bantuan yang diberikan ke warga sifatnya dana rangsangan,” terang Karmawan.
Lebih lanjut dikatakannya, diharap jika ada bencana warga segera melapokan ke instansi terkait, dalam hal ini BPBD Bangli. Sehingga pihaknya segera bisa turun ke lapangan untuk memberikan bantuan. “Jadi pada dasarnya setiap ada bencana bisa dilaporkan ke BPBD. Karena kita juga sangat butuh informasi untuk membuat data kebencanaan yang telah terjadi,” tegas pejabat asal Kintamani itu. (Eka Parananda/balipost)