GIANYAR, BALIPOST.com – Pasca aktifnya tujuh central parkir dan diterapkanya zero parkir liar di seputaran Ubud, kini kampung turis itu membutuhkan sedikitnya 30 shutle bus.
Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar pun sudah melobi ke Kementerian Perhubungan RI untuk pengadaan 20 shutle bus di kawasan itu. Para pemilik usaha pariwisata juga diharapkan turut membantu pengadaan shuttle bus. Hal ini terungkap saat pertemuan Tim Percepatan Penanggulangan Permasalahan Lalin di Kawasan Ubud di Museum Mario Blanco, Ubud, pada Rabu (3/1).
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar Wayan Artana yang hadir pada pertemuan itu menerangkan berdasarkan sejumlah kajian idealnya di Ubud memang beroperasi 30 kendaran shuttle bus yang berkeliling setiap hari. Saat ini shuttle bus baru disiapkan pengelola central Parkir Mankey Forest sebanyak tiga unit dan tujuh unit shuttle bus milik Central Parkir Dalem Puri. “Hanya yang di Dalem Puri masih berbayar karena ini disiapkan pengemong Pura Dalem Puri,“ katanya.
Dikatakan, pihaknya pun kini sudah berjuang ke Kementrian Perhubungan RI untuk pengadaan 20 unit shuttle bus. Pengadaan transportasi ini dipandang penting untuk menjaga eksistensi kawasan Ubud yang nota bena sudah tercatat sebagai Kawasan Setrategis Pariwisata Nasional (KSPN). “ Apalagi tahun ini akan ada dua hajatan besar di Bali, dan saat ini pusat sangat memberikan perhatian terhadap Ubud, “ katanya.
Sementara itu pada APBD induk 2018 pihaknya juga mengajukan pengadaan 10 unit shuttle bus dengan anggaran mencapai Rp 4 Miliar. Mengoptimalkan peran central parkir pemilik usaha pariwisata juga diajak untuk turut serta mengadakan shuttle bus. “Agar bisa beroperasi ke luar dan internal Ubud, memang juga alangkah baiknya ada bantuan dari pihak swasta,“ ucapnya.
Sementara Mario Blanco penerus The Blanco Renaissance Museum di Ubud mengakui selama ini pihaknya museum yang ia kelola mendatangkan bus dengan kapasitas besar setiap harinya. Kini dengan ditatanya alur bus masuk Ubud, ia pun mengaku siap untuk membantu pengadaan shuttle bus. “Saya akan usahakan biar ada shuttle bus,“ ucapnya.
Mario Blanco juga mengatakan sebelum penerapan zero parkir ini pihaknya sudah pernah menyiapkan shuttle bus, namun tidak bisa beroperasi karena terkendala pada masalah ijin. “Kalau sekarang sudah dibolehkan, mungkin saya minta satu post saja disalah satu central parkir,“ ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar, A.A. Bagus Ari Brahmanta berjanji akan menghimbau penguasaha pariwisata lain di seputaran Ubud untuk turut serta mengadakan shuttle bus. “Agar Ubud tetap seteril zero parkir liar, kedepan pengadaan shuttle bus ini sangat penting,“ katanya.
Gung Ari juga mengatakan selama ini Ubud selalu menjadi best ten (sepuluh terbaik) kunjungan wisata terbaik di dunia, walau rengkingnya terus berubah-ubah.
Sementara pasca memasuki awal tahun ini akupansi wisata di Ubud masih meningkat pada kisaran 20 persen. “Kita harap dengan berbagai pembenahan yang dilakukan di Ubud, kunjungan dan akupansi bisa meningkat lagi,“ tandasnya. (manik astajaya/balipost)