NEGARA, BALIPOST.com – Sejumlah nelayan jukung tradisional di Jembrana mengeluhkan banyaknya kapal atau perahu dari luar Bali yang masuk ke perairan Jembrana. Para nelayan lokal yang mengandalkan tangkapan dari memancing dan menjaring inipun sering tersingkirkan.
Perahu yang masuk bukan hanya dari Jawa Timur, tetapi juga dari Makasar. Seperti yang diungkapkan Malikur, salah seorang nelayan asal Desa Air Kuning, Kecamatan Negara. Nelayan perahu tradisional ini seringkali tersisih ketika mencari ikan di Selatan Yehembang, Mendoyo. Padahal disana ia sering mendapatkan tangkapan ikan. Namun sejak sepekan ini, banyak perahu baik Selerek maupun perahu lainnya dari luar Bali berkerumun di lokasi tersebut. “Mereka lebih dulu datang dan kalau sudah begitu kita kesulitan. Peralatan mereka lebih bagus,” keluh Malikur, ditemui Kamis (4/1).
Kondisi ini juga pernah terjadi saat para nelayan jukung berebut dengan perahu selerek beberapa waktu lalu. Tetapi sekarang ini, justru nelayan lokal dengan nelayan dari luar Bali. “Kalau nelayan dari sini rata-rata kami tahu, ini kebanyakan dari Muncar. Ada (perahu) Selerek dan jukung juga,” ujarnya.
Keluhan senada diutarakan nelayan lain yang sering mencari ikan di perairan Yehembang itu. Sejatinya, para nelayan lokal sudah sering menyampaikan keluhan ini kepada desa maupun Perbekel. Tetapi belum ada tindakan.
Kadang mereka pulang tanpa tangkapan sama sekali walaupun sudah berkeliling mencari ikan. Perairan di Yehembang itu, tepatnya di Selatan tebing Pura Rambut Siwi menurut nelayan banyak didapati ikan. “Kami harap ada tindakan dari pihak terkait, khawatirnya nanti bisa terjadi konflik di laut,’ ujar Jamiran, nelayan lainnya.
Di sisi lain Kepala Desa Air Kuning Samanuri dikonfirmasi membenarkan sering menerima keluhan dari warganya yang sebagian besar nelayan. Mereka mengaku sering rebutan lahan di perairan dengan nelayan dari luar Bali. Desa menurutnya telah meneruskan keluhan warga tersebut ke Dinas Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Jembrana. Bahkan melalui surat, agar dapat ditindaklanjuti. (surya dharma/balipost)